Pengeretian bimbingan dan penyuluhan.
Dari beberapa sumber pengertian mengenai bimbingan berbeda-beda, tergantung dari jenis sumbernya yaitu sebagai berikut:
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberi bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan. Supaya individu yang dilakukan tersebut dapatmemahami dirinya sendiri sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secar wajar. Sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan dsekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.bimbingan pada umumnya membantu individu untuk mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial. ( Rochman Natawidjaja, 1987: 31).
Para pakar bimbingan yang lain mengungkapkan bahwa bimbingan adalah suatu pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. (Moh Surya, 1988:12)
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seorang (individu) atau sekelompokorang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakuplima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungannyasecara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan diri, (Prayitno, 1983: 2 & 1987 :35).
Dengan membandingkan beberapa definisi tentang bimbingan yang telah dikemukakan oleh beberapa pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan yang mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi yang mandiri yaitu mengenal diri sendiri dan lingkungannya sebagaiman adanya, menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri sendiri dan mewujudkan diri sendiri.
Pengertian penyuluhan.
Penyuluhan merupakan counseling, yaitu bagian dari bimbingan baik sebagai layanan maupun sebagai teknik. Menurut Rochman Natawidjaja penyuluhan merupakan saat jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan, pakar yang lain mengungkapkan bahwa penyuluhan itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
Dengan membandingkan beberapa pengertian tentang penyuluhan yang telah dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penyuluhan adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara penyuluh dengan klien yang berisi usaha yang laras unik dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar klien memenuhi konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa ynang akan datang.
1. TUJUAN DAN FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH.
Tujuan bimbingan dan konseling.
Bimbingan dalam rangka menemukanp pribadi, diamksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamissebagai pengembangan diri lebih lanjut. Sebagai manusia yang normal di dalam setiap diri individu selain memiliki hal-hal yang positif tentu ada yang negatif. Mampu menerima dirinya sebagaiman adanya penerimaan dirinya itu. Karena Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya dan adanya kelebihan seseorang dari yang lain mempunyai maksud-maksud tertentu. Sebagaiman firman Allah SWT dalam Alqur’an; Sesungguhnya kami menciptakan manusioa dengan sebaik-baik kejadian. (Q.S. At-Tiin. 95:97).
Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta mengenal lingkungannya secara obyektif. Baik lingkunhgan sosial dan ekonomi, lingkungan budaya yang sarat dengan nilai-nilai dan norma-norma maupun lingkungan fisik yang menerima berbagi kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamir pula. Pengenalan lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah dan lingkungan alam dan masyarakat sekitarsrta lingkungan yanglebih luas diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan di man ia berada dan dapat memanfaatkan kondisi lingkungan itu secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap dan berkelanjutan. Denagn kata lain, individu yang mempunyai pribadi yang sehat selalu berusaha bersikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadpa lingkungannya. Perpaduan yang tepat dan serasi antara unsur-unsur lingkungan akan dapat membawa keuntungan pribadi dan unsur-unsur lingkunhgan timbal balik antara individu dan lingkungannya. (Moh. Surya, 1998:44)
Sedangakan bimbingan dalm rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang budaya, keluarga dan masayrakat.(Prayitno, 1998:24). Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujudkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegasi dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Perwujudan ini diharapkan terlaksana tanpapaksaan dan tanpa ketergantungan pada orang lain.
Fungsi bimbingan dan konseling.
Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing paserta didikdapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang mandiri. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan,funsi pemeliharaan dan pengembangan dan fungsi advokasi.
2. PRINSIP, AZAS DAN JENIS BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
Prinsip yang berasal dari akar kata prinsipia, dapat diartikan “sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaanya tergantung pemula” ( M.I soelaeman: 1989: 15). Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah seperangkat landasan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Menurut Prayitno dan Erman amti (1994;220) “ rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan.” Uraian berrikut ini akan mengemukakan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang dirumuskan oleh Prayitno dkk dalam buku pemandu pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah (1997)
a. Prinsip-prinsip yamg berkenaan dengan sasarn layanan:
1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
2) Bimbingan dan kionseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu:
1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/ fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
2) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan:
1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu; oleh program itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
3) Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
d. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan layanan;
1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.
2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.
3) Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
4) Kerja sama antara guru pembimbing , guru-guru lain dan orang tua anak amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
5) Pengembangan
Asas-asas bimbingan dan penyuluhan.
Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah hendaknya selalu mengacu pada asas-asas bimbingan yang diterapkan sesuai asas-asas bimbingan. Beberapa asas yang perlu diterapkan dan diingat adalah sebagai berikut :
1. Asas kerahasiaan.
Jika bimbingan di sekolah hendak dimanfaatkan secara prenuh, masyarakat sekolah perlu mengetahui bahwa layanan bimbingan harus menerapkan asas-asas kerahasiaan secara penuh. Dalam hal ini, masalah yang dihadapi oleh seorang siswa tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Segala sesuatu yang disampaikan oleh siswa kepada penyuluh, misalnya , akan dijaga kerahasiaannya. Demikian juga hal-hal tertentu yang dialami oleh siswa (khususnya hal-hal yang bersifat negatif) tidak akan menjadi bahan gunjingan. Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam bimbingan dan penyuluhan.
2. Asas kesukarelaan.
Dalam memhami pengertian bimbingan dan konseling telah dikemukakan bahwa bimbingan merupakan proses individu. Perkataan membantu di sini mengandung arti bahwa bimbingan bukan merupakan suatu paksaan. Oleh karena itu dalam kegiatan bimbingan dan konseling diperlukan adanya kerja sama yang demokratis antar guru pembimbing dan kliennya.
3. Asas keterbukaan.
Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi guru pembimbing, karena tatap muka antara guru dan klien merupakan pertemuan bathin. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.
4. Asas kekinian.
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak ddari masalah yang dirasakan klien saat sekarang atau kini
5. Asas kemandirian.
Seperti dikemukakan terdahulu kemandirian merupakan tujuan dari usaha layanan BP. Dalam memberikan para petugas henhendaklah selalu berusaha menghidupkan kemandirian pada diri orang yang dibimbing, jangan hendaknya orang yang dibimbing itu menjadi tergantung pada orang lain, khususnya pada pembimbing.
6. Asas kegiatan.
Usaha layanan dan bmibingan dan penyuluhan akan memberikan buah yang tidak berarti bila individu yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan-tujuan bimvbingan. Hasil-hasil usaha bimbingan tidak tercipta dengan sendirinya tetapi harus diraih oleh individu yang bersangkutan. Para pemberi layanan BP hendaknya menimbulkan suasana yang sehingga individu yang dibimbing itu mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud.
7. Asas kedinamisan.
Upaya layanan BP menghendaki terjadinya perubahan pada diri individu yang dibimbing, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Perubahan yang selalu menuju kesesuatu pembaruan, sesuatu yang lebih maju.
8. Asas keterpaduan.
Layanan BP berusaha memadukan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Sebagaiman diketahui individu yang dibimbing. Sebagaimana diketahui individu yang dibimbing itu memiliki berbagai segi yang kalau keadaannya tidak saling serasi dan terpadu akan justru menimbulkan masalah. Disamping keterpaduan pada diri individu yang dibimbing, juga diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan. Jangan hendak bertentangan dengan aspek layanan yang lain.
9. Asas kenormatifan.
Sebagaiman dikemukakan terdahulu, usaha layanan BP tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
10. Asas keahlian.
Usaha BP perlu dilakukan secara teratur, sistematik, dan dengan mempergunakan teknik alat yang memadai. Asas keahlian ini akan menjamin keberhasilan usaha BP, dan selanjutnya keberhasilan usaha BP akan menaikkan kepercayaan masyarakat pada BP.
11. Asas alih tangan.
Asas ini mengisyaratkan bahwa bila seorang petugas BP sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu klien belum dapat terbantu sebagaimana diharapkan, maka petugas itu mengalih-tangankan klien tersebut kepada petugas BP hanya menangani masalah-masalah klien sesuai dengan kewenangan petugas yang bersangkutan. Setiap masalah hendaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu.
12. Asas tut wuri handayani.
Asas ini menunjuk pada suasana umum yang hendaknya tercipta dalam rangka hubungan keseluruhan antar pembimbing dan yang dibimbing. Lebih-lebih dilingkungan sekolah, asas ini makin dirasakan manfaatnya, dan bahkan perlu dilengkapi dengan “ing ngarso sung tulodo, ing madya mbangun karsa”. Asas ini menuntut agar layanan BP tidak hanya dirasakan adanya pada waktu siswa mengalami masalah dan menghadap pembimbing saja, namun di luar hubungan kerja ke-BP-an pun hendaknya dirasakan adanya dan manfaatnya.
JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut:
a. Layanan orientasi.
Layanan orentasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian ini bertolak dariu anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang.
b. Layanan informasi.
Secara umum, bersama dengan layanan orientasi bermaksud memberikan pemahaman kepada individu- individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas tau kegiatan, atau menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan demikian, layanan orientasi dan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman layanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, layanan orientasi dan informasi akan dapat menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi dan bimbingan dan konseling lainnya dalam kaitan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu dengan permasalahan individu.
c. Layanan penempatan dan penyaluran.
Individu sering mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan, sehingga tidak sedikit individu yang bakat, kemampuan minat, dan hobinya tidak tersalurkan dengan baik. Individu seperti itu tidak mencapai perkembangan secara optimal. Mereka memerlukan bentuan atau bimbingan dari orang –orang dewasa, terutama konselor, dalam menyalurkan potensi dan mengembangkan dirinya.
d. Layanan bimbingan belajar.
Bimbingan belajar meruupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagala-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya inteligensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.
Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap:
1. Pengenaln siswa yang mengalami masalah belajar.
2. Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar.
3. Pemberian bantuan pengentasan masalah belajar.
e. Layanan konseling perorang.
Pada bagian ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan lansung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya, sedapat-dapatnya dengan kekuatan klien sendiri. Dalam kaitan itu, konseling dianggap sebagai upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan funsi pengentasan masalah klien. Bahkan dikatakan bahwa konseling merupakan “jantung hati”pelayanan bimbingan secara menyeluruh.
f. Layanan bimbingan dan konseling kelompok.
Apabila konseling perorang menunjukkan layanan kepada individu atau klien orang-perorang, maka bimbingan dan konseling kelompok mengarahkan layanan kepada sekelompok individu. Dengan satu kali kegiatan, layanan kelompok itu memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang. Kemanfaatan yang lebih meluas inilah yang paling.
3. SASARAN DAN SIFAT BIMBINGAN DAN KONSELING.
Secara umum sasaran dan bimbingan adalah mengembangkan apa yang terdapat pada tiap-tiap individu secara optimal agar setiap individu bisa berguna bagi dirinya sendiri, limgkungannya, dan pada masyarakat.
Secara lebih khusus sasaran pembinaan pribadi siswa melalui layanan bimbingan mencakup tahapan-tahapan pengembangan-pengembangan kemampuan (1) pengungkapan, pengenalan, dan penerimaan diri, (2) pengenalan lingkungan, (3) pengambilan keputusan, (4) pengarahan diri, dan (5) perwujudan diri.
4. PENDEKATAN, METODE DAN TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH.
Pendekatan bimbingan dan konseling di sekolah
Bimbingan dan konseling sebagai masalah menghindari dan atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupan sebenarnya bukanlahmerupakn hal yang baru. Sejak jaman dahulu sampai sekarang, yang dihadapi tidaklah seluruhnya merupakan hal yang baru, tetapi berbeda benar dengan bimbingan dan konseling yang dihadapi orang-orang pada waktu yang lampau. Perbedaan itu terletak dalam segi pendekatan atau “approach’ yang ditempuh dalam menghadapi masalahnya.
Dilihat dari segi ilmu pengetahuan disebut “nonscientific approach” atau sering juga disebut “pseudo-scientific approach”, karenapendekatan ini tudak mendasarkan atas hal-hal yang objektif, tidak mendasarkan atas hal-hal yang nyata, lebih bersifat spekulatif. Sebaliknya lain sekali pendekatan yang ditempuh oleh konselor, pendekatannya dipandang dari segi ilmu pengetahuan disebut “scientific approach”, karena pendekatan ini mendasarkan atas hasil-hasil interviu, hasil penelitian prestasi belajar, hasil test dan sebagainya. Jadi mendasarkan atas hal-hal yang objektif, yang bersifat spekulatif, dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Perbedaan pendekatan ini sebenarnya tidak dapat terlepas dari perkembanganilmu pada umumnya, terutama dalam lapangan psikologi yaitu soal metodologinya. Pada waktu ini perkembangan yang bersifat empiric lebih mendapatkan tempat daripada yang bersifat spekulatif.
Berdasarkan atas adanya dua macam pendekatan ini maka bukanlah pendekatan yang spekulatif atau mistik yang dikupas, karena kita berkecimpung dalam lapangan ilmu pengetahuan. Jadi, kita mendasarkan atas hal-hal yang objektif, yang nyata jadi tidak bersifat spekulatif.
Metode bimbingan dan konseling di sekolah
Pengunpulan data adalah merupakan suatu hal penting dalam penyelidikan-penyelidikan pada umumnya, maupun dalam bimbing dan konseling. Konseling baru dapat diberikan dengan secara baik, apabila telah diketahui data mengenai individu yang mau dikonsel.
Oleh karena itu, maka dikemukakan beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data didalam mereallisasi bimbingan dan konseling. Adapun metode-metodenya adalah:
§ Metode Observasivasi
Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara sistematik dan sengaja diakan dengan menggunakan alat indera (terutma mata) terhadap kejadian-kejadian yang langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi. Oleh karena observasi menggunakan alat indera, maka agar hasil observasi baik,maka salah satu hal yang dituntut ialah menggunakan alat indera yang sebaik-baiknya. Dalam observasi dikenal adanya bermacam-macam jenis observasi yaitu:
a. Observasi yang berpartisipasi (participant observation)
b. Observasi yang non- partisipasi (nan-participant observation).
c. Kuasi partisipasi
§ Metode Kuesioner
Kuesioner atau sering pula disebut angket adalah merupakan suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang arus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingin diselidiki atau responden. Pada umumnya di dalam kuesioner didapati adanya dua bagian yang pokok yaitu bagian yang mengandung data identitas dan bagiaan yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin memperoleh jawabannya.
Dilihat dari caranya memberikan, kuesioner dapat dibedakan:
a. Kuesioner Langsung, yaitu bila kuesioner itu langsung diberikan kepada responden yang ingin diselidiki, jadi mendapatkan jawaban dari sumber pertama (first resource), jadi tidak menggunakan perantara untuk mendapatkan jawaban.
b. Kuesioner tidak langsung, yaitu kuesioner yang untuk mendapkan jawaban membutuhkan perantara, sehingga jawaban yang diperolehnya tidak dari “the first resource”, misalnya orang tua menjawab pertanyaan untuk anaknya, guru menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk muridnya dan sebagainya.
§ Metode Interviu
Interviu adalah salah satu motode untuk mendapatkan data anak atau orang dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan (face to face relation). Dilihat dari segi pertanyaan, maka antara interviu dengan kuesioner ini adanya persamaan-persamaan disamping adanya perbedaan-perbedaan. Baik interviu maupun kuesioner kedua-duanya merupakan pertanyaan-pertanyaan, hanya di dalam cara menyajikan yang berbeda. Kalau pada interiu cara penyajiannya dengan cara lisan, maka dalam kuesioner cara penyajiaannya dengan cara tertulis.
Macam-macam interviu:
Di dalam interviu kita lihat adanya bermacam-macam jenis sesuai dengan tujuan ataupun sifat-sifat yang lain yang ada dalam interviu itu. Menurut apa yang ingin di tuju interviu dibedakan:
a. “The employment interview,” yaitu interviu yang dijalankan dengan suatu maksud yang berhubungan dengan “employment”
b. “Informational interviu” yaitu interviu yang ditujukan untuk mendapaatkan informasi yang di butuhkan.
c. “Administrative interviu” yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan administrasi.
d. “Counseliing interviu” yaitu interviu yang dijalankan untuk keperluan konseling. Interviu ini khas dipergunakan dalam proses konseling.
§ Metode Sosiometri
Dengan perkataan sosiometri sebenarnaya telah menunjukkan kepada kita yaitu tentang “ukuran berteman”. Jadi dengan sossiomwtri ini kita dapat melihat bagaimana hubungan berteman seseorang. Baik tidaknya seseorang berteman ataau bergaul dapat kita lihat dengan menggunakan sosiometri ini. sehingga dengan demikian besar sekali bantuan sosiometri untuk mendapatkan data sekitar anak-anak terutama dalam hubungan atau kontak sosialnya. Baik tidaknya hubungan social individu dengan individu lain dapat dilihat dari beberapa segi:
a. Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu bergaul. Makin sering individu itu bergaul pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya.
b. Intensitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya orang atau anak didalam pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul. Makin mendalam seseorang di dalam huubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa sosialnya makin baik.
c. Hubungan Popularitas hubungan yaitu banyak sedikitnya teman bergaul, dapat dipergunakan sebagai kriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam hubungan social. Makin banyak teman di dalam pergaulan pada umumnya dapat dinyatakan makin baik di dalam hubungan sosialnya.
§ Metode Test
Test sebagai alat atau metode untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas yang lain dimana dalam persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan daan sebagainya itu telah dipilih dengan saksama dan telah distandardisasikan, artinya telah ada standard yang tertenru.
Dilihat dari cara mengerjakan, test ini kelihatan seperti eksperimen, namun kedua metode ini ber beda. Perbuatan yang pokok justru terletak pada standardisasi dari test itu. Dengan eksperimen dapat menimbulkan gejala atau situasi yang ingin diselidiki dengan suatu tujuan huendak mengecek sesuatu pendapat atau hypotesis atau ingin mendapatkan sesuatu pendapat. Pada test ini dapat diketahui kemampuan-kemampuan atau factor-factor yang lain dari testee (orang yang ditest).
Macam-macam test
Berdasarkan penggolongannya atau klasifikasinya test dibedakan menjadi:
1. Berdasarkan atas banyaknya orang yang ditest (pada waktu mengerjakan test) test dapat dibedakan:
a. Test individual (test perorangan), yaitu test yang diberikan secara individual; dimana tester menghadapi testee seorang demi seorang. Misalnya test Rorschach, test biner, test balok.
b. Test kelompok (group), yaitu test yang diberikan secara kelompok, misalnya test AGCT (Army General Clasification Test), test SPM, test Kraepelin.
2. Berdasarkan atas peristiwa atau kemampuan jiwa yang ingin diselidiki test dapat dibedakan :test pengamatan, test perhatian, test intelegensi.
3. Berdasarkan atas caranya testee mengerjakan tugas-tugas maka test dapat dibedakan:
a. Test bahasa (verbal), yaitu bila testee di dalam mengerjakan test itu menggunakan bahasa; misalnya test Ro, test iner-Simon.
b. Test peraga (performance), yaitu test dimana testee di dalam mengerjakan test itu tidak diperlukan menggunakan bahasa, cukup dengan menggunakan perbuatan-perbuatan, misalnya menyusun balok-balok, menggambar. Misalnya test balok, test menggambar oaring.
§ Metode Case Study
Metode “case study” merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari sesuatu kejadian atau mengenai perseorangan (riwayat hidup). Karenanya dalam hal ini terdapat hal-hal yang berbeda dengan metode-metode yang lain, misalnya dengan observasi,interviu, kuesioner,. Dalam mana pada metode ini memerlukan banyak informasi, untuk mendapatkan bahan-bahan yang agak luas. Tetapi dengan metode-metode ini dapat menyelidiki peristiwa seseorang secara mendalam. Untuk keperluan ini dapat digunakan metode “case study”.
Case study sebagai suatu metode untuk mengadakan persiapan konseling dapat dilihat adabya bermacam-macam bagian yaitu:
1. Data identitas (data pengenal)
2. Tanda-tanda atau gejala-gejala yang nampak
3. Data-data sekitar klien:
a. Latar belakang keluarga (family background) antara lain: lingkungan rumah, bagaimana hubungan anggota keluarga, status perekonomian, disiplin dalam rumah, bagaimana sikap orang tua terhadap anak dan sebaliknya.
b. Latar belakang jasmani dan kesehatan anak, antara lain: kesehatan pada umumnya dari anak, keadaan “physical defect” (kalau ada), keadaan alat indera pada umumnya.
c. Data mengenai segi pendidikannya, antara lain: “records” disekolah, kemajuan dan kemunduran di sekolah, kemampuan dalam mengikuti pelajaran.
d. “Social behavior” dan minatnya, antara lain: hobbynya, hubungan sosialnya, kepercayaan kepada diri sendiri, dan initiatif
e. Test data antara lain: perhatiannya, bakatnya, dan chievementnya.
4. Interpretasi data dan diagnosa (kesimpulan)
5. Langkah-langkah yang diambil dalam memberikan konseling.
5. BENTUK-BENTUK LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH.
Bentuk layanan bimbingan bermacam-macam, mulai dari layanan yang paling sederhana sampai layanan yang paling baik, dari layanan yang dapat dilakukan oleh tenaga biasa tanpa pelatihan khusus sampai layanan yang hendaknya dilakukan oleh tenaga ahli.
Di sekolah layanan bimbingan dapat diberikan melalui berbagai kegiatan, diantaranya ;
1. Bimbingan kelommpok belajar.
2. Menyelenggarakan penyuluhan perseorangan dan kelompok.
3. Memberikan informasi pendidikan, jabatan atau pekerjaan.
4. Menyelenggarakan bimbingan karier.
5. Menyelenggarakan layanan penempatan.
6. Membantu penyelenggaraan kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler.
7. Menyelenggarakan konferensi kasus.
8. Melakukan kunjungan rumah (home visit).
9. Menyelenggarakan terapi kepustakaan.
10. Mengungkapkan masalah.
11. Mengungkapkan bakat, kemampuan, minat dan kondisi kepribadian.
12. Menyelenggarakan inventarisasi data pribadi.
6. LANGKAH-LANGKAH ( BIMBINGAN DAN KONSELING ).
Agar memudahkan anda melakukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, hendaknya perlu diketahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam memberikan layanan Bimbingan Konseling pada siswa anda terutama mereka yang mempunyai masalah. Adapun langkah-langkah tersebut meliputi:
a. Identifikasi Masalah.
a. Identifikasi Masalah.
Pada langkah ini yang harus diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menujukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi. Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-hal yang berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai gejala dari suatu masalah yang sedang dialami siswa. Sebagai contoh, Benin seorang siswa yang mempunyai prestasi belajar yang bagus, untuk semua mata pelajaran ia memperoleh nilai diatas rata-rata kelas. Dia juga disenangi teman-teman maupun guru karena pandai bergaul, tidak sombong, dan baik hati. Sudah dua bulan ini Benin berubah menjadi agak pendiam, prestasi belajarnyapun mulai menurun. Sebagai guru Bimbingan Konseling, ibu Heni mengadakan pertemuan dengan guru untuk mengamati Benin. Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh beberapa orang guru, ibu Heni kemudian melakukan evaluai berdasarkan masalah Benin dengan gejala yang nampak. Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi Benin tersebut. Karena dalam pengamatan terlihat prestasi belajar Benin menurun, maka dapat diperkirakan Benin sedang mengalmi masalah ” kurang menguasai materi pelajaran “. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan langkah selanjutnya yaitu diagnosis.
b. Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ” masalah ” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari informasi yang didapat, Benin terlihat menjadi pendiam dan prestasi belajamya menurun. Dari informasi keluarga didapat keterangan bahwa kedua orang tua Benin telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah bercerai menyebabkan Benin menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Benin sedang mengalami masalah pribadi.
c. Prognosis.
Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan. Selanjutanya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu. Seperti rumusan kasus Benin, maka diperkirakan Benin menghadapi masalah, rendah diri karena orang tua telah bercerai sehingga merasa kurang mendapat perhatian dari mereka. Dari rumusan jenis dan bentuk masalah yang sedang dihadapi Benin, maka dibuat alternatif tindakan bantuan, seperti memberikan konseling individu yang bertujuan untuk memperbaiki perasaan kurang diperhatikan, dan rendah diri. Dalam hal ini konselor menawarkan alternatif layanan pada orang tua Benin dan juga Benin sendiri untuk diberikan konseling. Penawaran tersebut berhubungan dengan kesediaan individu Benin sebagai orang yang sedang mempunyai masalah (klien). Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu memperhatikan: 1) pendekatan yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau kelompok 2) siapa yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau individu lain yang lebih ahli 3) kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan.
Apabila dalam memberi bimbingan guru mengalami kendala, yaitu tidak bisa diselesaikan karena terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh pembimbing, maka penanganan kasus tersebut perlu dialihkan penyelesainnya kepada orang yang lebih berwenang, seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya. Layanan pemindahtanganan karena masalahnya tidak mampu diselesaikan oleh pembimbing tersebut dinamakan dengan layanan referal. Pada dasarnya bimbingan merupakan proses memberikan bantuan kepada pihak siswa agar ia sebagai pribadi memiliki pemahaman akan diri sendiri dan sekitarnya, yang selanjutnya dapat mengambil keputusan untuk melangkah maju secara optimal guna menolong diri sendiri dalam menghadapi dan memecahkan masalah, dan siswa atau individu yang mempunyai masalah tersebut menetukan alternatif yang sesuai dengan kemampuannya.
d. Pemberian Bantuan.
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarakn masalah dan latar belakang yang menjadi penyebanya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan. Pada kasus Benin telah direncanakan pemberian bantuan secara individual. Pada tahap awal diadakan pendekatan secara pribadi, pembimbing mengajak Benin menceritakan masalahnya, mungkin pada awalnya Benin akan sangat sulit menceritakan masalahnya, karena masih memiliki perasaan takut atau tidak percaya terhadap pembimbing. Dalam hal ini pembimbing dituntut kesabarannya untuk bisa membuka hati Benin agar mau menceritakan masalahnya, dan menyakinkan kepada Benin bahwa masalahnya tidak akan diceritakan pada orang lain serta akan dibantu menyelesaikannya. Pemberian bantuan ini dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali pertemuan saja, tetapi perlu waktu yang berulang-ulang dan dengan jadwal dan sifat pertemuan yang tidak terikat, kapan Benin sebagai individu yang mempunyai masalah mempunyai waktu untuk menceritakan masalahnya dan bersedia diberikan bantuan. Oleh sebab itu seorang pembimbing harus dapat menumbuhkan transferensi yang positif dimana klien mau memproyeksikan perasaan ketergantungannya kepada pembimbing (konselor).
e. Evaluasi dan Tindak Lanjut’
Setelah pembimbing dan klien melakukan beberapa kali pertemuan, dan mengumpulkan data dari beberapa individu, maka langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Evaluasi dapat dilakukan selama proses pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket, observasi diskusi, dokumentasi dan sebagainya. Dalam kasus Benin, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara antara pembimbing dengan Benin sendiri, pembimbing dengan orang tua Benin, teman dekat atau sahabat Benin, dan beberapa orang guru. Observasi juga dilakukan terhadap Benin pada jam istirahat, bagaimana Benin bergaul dengan temannya, bagaimana teman-temannya memperlakukan Benin dan sebagainya. Sedang observasi yang dilakukan baik oleh pembimbing maupun guru, yaitu untuk mengetahui aktivitas Benin dalam menerima pelajaran, sikapnya di dalam kelas saat mengikuti pembelajaran. Pembimbing juga berkunjung kerumah Benin guna mengetahui kondisi rumah Benin sekaligus mewawancarai orang tuanya mengenai sikap Benin di rumah Dari beberapa data yang telah tekumpul, kemudian pembimbing mengadakan evaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya pemberian bantuan telah dilaksanakan dan bagaimana hasil dari pemberian bantuan tersebut, bagaimana ketepatan pelaksanaan yang telah diberikan. Dari evaluasi tersebut dapat diambil langkah-langkah selanjutnya; apabila pemberian bantuan kurang berhasil, maka pembimbing dapat merubah tindakan atau mengembangkan bantuan kedalam bentuk yang berbeda.
7. KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB KONSELOR SEKOLAH.
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.
Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal.
Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (4) mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat komptensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan dan konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons.
8. ORGANISASI DAN ADMINISTRASI BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH.
1. Fungsi dan Tugas
1. Melaksanakan pendidikan disekolah selama jangka waktu tertentu sesuai dengan jenis dan sifat sekolah tersebut.
2. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
3. Melaksanakan bimbingan dan konseling bagi siswa disekolah.
4. Membina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).
5. Melaksanakan Urusan Tata Usaha.
6. Membina Kerja sama dengan orang tua, masyarakat, dan instansi lain.
7. Bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendidikan Nasional melalui Diknas Kota Tomohon.
Fungsi dan Tugas Pengelola Sekolah
Pengelola Sekolah terdiri dari :
1. Kepala Sekolah : Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (EMASLIM).
a. Kepala Sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses pengajaran secara efektif dan efisien.
b. Kepala Sekolah selaku manajer mempunyai tugas :
1.Menyusun perencanaan.
2.Mengorganisasikan kegiatan.
3.Mengarahkan / mengendalikan kegiatan.
4.Mengkoordinasikan kegiatan.
5.Melaksanakan pengawasan.
6.Menentukan kebijaksanaan.
7.Mengadakan rapat mengambil keputusan.
8.Mengatur proses belajar mengajar.
9.Mengatur administrasi :
c. Kepala Sekolah selaku administrator bertugas menyelenggarakan administrasi : perencanaan, pengorganisasian, Pengarahan dan pengendalian, pengkoordinasian, pengawasan, evaluasi, kurikulum, kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, kantor, keuangan, perpustakaan, laboratorium, ruang keterampilan–kesenian, bimbingan konseling, UKS, OSIS, serbaguna, media pembelajaran, gudang, 7K, sarana / prasarana dan perlengkapan lainnya.
d. Kepala Sekolah selaku Supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenal : proses belajar mengajar, kegiatan bimbingan, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan kerja sama dengan masyarakat / instansi lain, kegiatan ketatausahaan, Sarana dan prasarana, Kegiatan OSIS, Kegaitan 7K, Perpustakaan, Laboratorium, Kantin / warung sekolah, Koperasi sekolah, Kehadiran guru, pegawai, dan siswa.
2. Wakil Kepala Sekolah :
Wakil Kepala Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan yaitu penyusunan rencana, pembuatan program kegiatan dan program pelaksana, pengorganisasian, pengarahan, ketenagakerjaan, Pengkoordinasian, pengawasan, penilaian, identifikasi dan pengumpulan data, pengembangan keunggulan, penyusunan laporan.
1. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum yaitu menyusun program pengajaran, menyusun pembagian tugas dan jadwal pelajaran, menyusun jadwal dan pelaksanaan ulangan umum serta ujian akhir, menetapkan kriteria persyaratan naik/tidak naik dan kriteria kelulusan, mengatur jadwal penerimaan buku laporan penilaian hasil belajar dan STTB, mengkoordinasikan dan mengarahkan penyusunan satuan pembelajaran, membina kegiatan MGMP / Team Teaching, membina kegiatan sanggar MGMP, menyiapkan siswa untuk lomba akademik, membina dan mengembangkan kelas unggulan MIPABING, memeriksa perangkat pembelajaran (silabus, RPP, evaluasi, ketuntasan belajar, program pengayaan / remedial guru), mengkoordiner dan melaksanakan supervisi pembelajaran secara rutin atau berkala, melaksanakan pemilihan guru berprestasi, membuat laporan pelaksanaan tugas kepala sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan tugasnya menyusun program pembinaan kesiswaan / OSIS, melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan siswa/OSIS dalam rangka menegakkan disiplin, membina pengurus OSIS dalam berorganisasi, membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban, kerindangan, keindahan, kekeluargaan dan kesehatan (7K), Melaksanakan pemilihan pengurus OSIS, Melaksanakan MOS siswa baru, menyusun program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan incidental, melaksanakan pemilihan siswa teladan dan calon siswa penerima beasiswa, mengadakan pemilihan siswa untuk mewakili sekolah dalam kegiatan diluar sekolah, menyusun program ekstra kurikuler : olahraga, kesenian dan drum band, menyusun laporan pelaksanaan kegiatan kesiswaan secara berkala dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
3. Wakil Kepala Sekolah Urusan Hubungan Masyarakat tugasnya menciptakan hubungan kekeluargaan yang harmonis guru/pegawai dan siswa, mengatur dan meyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah dengan komite, alumni, dan tokoh masyarakat, membina pengembangan hubungan antar sekolah dengan lembaga pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial lainnya, menyusun laporan pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
4. Wakil Kepala Sekolah Urusan Sarana Prasarana tugasnya menyusun rencana kebutuhan sarana prasarana, mengkoordinasi pendayagunaan sarana prasarana, mengatur pengguna alat-alat pembelajaran, melaksanakan penataan lingkungan sekolah, menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana secara berkala dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah..
3. Guru : bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien serta optimal.
Membuat program pengajaran yaitu program tahunan/semester, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), program mingguan guru / jurnal, lembar kegiatan siswa, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan penilaian belajar, ulangan harian, semester, melaksanakan analisis hasil ulangan harian, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, mengisi daftar nilai siswa, melaksanakan kegiatan membimbing guru dalam kegiatan proses belajar mengajar, membuat alat pengajaran / alat peraga, menciptakan karya seni, melaksanakan kegiatan tertentu disekolah, Mengadakan pengembangan bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawabnya, membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing siswa, meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran, mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum, mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat.
4. Wali Kelas : membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Pengolahan kelas.
2. Penyelenggaraan administrasi.
a. Denah tempat duduk siswa.
b. Papan absen siswa.
c. Daftar pelajaran siswa.
d. Daftar piket kelas.
e. Buku absen.
f. Buku kegiatan pembelajaran / buku kelas.
g. Tata tertib kelas.
3. Bertanggung jawab atas kemajuan/perkembangan dan prestasi siwa melalui kerjasama dengan guru BK dan orang tua.
4. Pengisian daftar kumpulan nilai siswa (legger).
5. Pencatatan mutasi siswa.
6. Pembuatan catatan khusus untuk pembinaan tentang siswa (pelanggaran disiplin, ketidakhadiran).
7. Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar.
8. Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar.
5. Ketua Musyawarah Guru Mata pelajaran (MGMP).
a. Menyusun program dan pengembangan mata pelajaran sejenis.
b. Koordinasi penggunaan ruang sarana.
c. Koordinasi kegiatan guru-guru mata pelajaran sejenis.
d. Pelaksanaan kegiatan membimbing guru dalam proses belaja mengajar.
e. Pelaksanaan kegiatan MGMP terprogram.
6. Guru Bimbingan dan Konseling.
1. Menyusun program pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2. Melakukan koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.
3. Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi dalam kegiatan belajar.
4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan pekerjaan yang sesuai.
5. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.
6. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling.
7. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.
8. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan konseling.
9. Mengikuti kegiatan dan musyawarah guru pembimbing (MGMP).
10. Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
7. Pustakawan Sekolah / Petugas Perpustakaan.
1. Merencakan pengadaan buku/bahan pustaka media elektronik.
2. Mengurus pelayanan pustaka.
3. Merencanakan pengembangan perpustakaan.
4. Memelihara dan perbaikan buku/bahan pustaka/media elektronik.
5. Menginventarisasi dan mengadministrasikan buku-buku/bahan pustaka/media elektronik.
6. Menyimpan buku-buku perpustakaan media elektronik.
7. Menyusun tata tertib perpustakaan.
8. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.
8. Pengelolah Laboratorium Penanggung Jawab Pengelola Laboratorium
1. Merencanakan pengadaan alat dan bahan laboratorium.
2. Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan laboratorium.
3. Menyusun program tugas-tugas laboratorium.
4. Mengatur dan menyimpan daftar alat-alat laboratorium.
5. Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratirum.
6. Menginventarisasi dan mengadministrasikan alat-alat laboratorium.
7. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.
9. Kepala Tata Usaha Sekolah : bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan melaksanakan ketatausahaan sekolah meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Menyusun program tata usaha.
2. Melaksanakan program tata usaha.
3. Mengurus administrasi ketenagaan dan kesiswaan, kurikulum dan umum.
4. Membina dan mengembangkan karier pegawai tata usaha sekolah.
5. Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
6. Menyusun dan pengajian data / statistik sekolah.
7. Mengawasi dan mengendalikan pembagian tugas pegawai.
8. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan secara berkala.
9. Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
10. Bendahara :
1. Membukukan arus uang masuk dan keluar.
2. Membayar gaji dan honorarium serta kesejahteraan Guru/Pegawai pada waktu yang tepat.
3. Mengadministrasikan keuangan sekolah sesuai dengan petunjuk.
4. Setiap pengeluaran keuangan harus sepengetahuan/persetujuan Kepala Sekolah.
5. Mengendalikan keuangan sesuai dengan RABPS.
6. Menyusun laporan keuangan secara rutin dan bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
11. Laboran Laboratorium IPA (Fisika,Biologi,Kimia).
1. Merencanakan pengadaan alat-alat/bahan kimia Laboratorium IPA (Fisika,Biologi,Kimia).
2. Membantu menyusun jadwal dan tata tertib pendayagunaan laboratorium IPA (Fisika,Biologi,Kimia).
3. Menyusun Program kegiatan Laboran.
4. Mengatur kebersihan, pemeliharaan, perbaikan dan penyimpanan alat-alat bahan-bahan Kimia laboratorium IPA.
5. Menginventarisasikan dan mengadministrasikan alat-alat/bahan-bahan kimia laboratorium IPA.Menyusun laporan pendayagunaan/pemanfaatan laboratorium IPS.
12. Laporan Laboratorium Komputer.
1. Merencanakan pengadaan alat, bahan dan barang untuk komputer.
2. Membersihkan dan merawat perangkat komputer.
3. Memeriksa stabilitas aliran listrik.
4. Memperbaiki / menyimpan alat, bahan, barang Informatika Teknologi.
5. Membuat / mengatur jadwal penggunaan Informatika Teknologi.
6. Menginventarisir dan mengadministrasikan alat, bahan dan barang.
7. Menyusun laporan pendayagunaan/pemanfaatan kepada Kepala Sekolah.
ADMINISTRASI BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH
Perkataan, istilah, dan pengertian Administrasi yang kita kenal sekarang di Indonesia berasal dari Eropa Barat/Eropa Kontinental, melalui periode penjajahan Belanda, dimana Belanda merupakan salah satu bangsa yang terdapat dalam wilayah Eropa Barat.
Dasar peradaban (sivilisasi) dan kebudayaan (kultur) dari bangsa-bangsa Eropa Barat adalah kebudayaan dan peradaban Rumawi, yang mengalami kemajuan pesat setelah dipengaruhi oleh Kebudayaan Yunani Klasik.
Pada awalnya, Bangsa Rumawi menerjemahkan istilah-istilah Yunani ke dalam bahasa Rumawi, yakni Bahasa Latin, dengan cara mengadopsi ide-ide dan pengertian Yunani klasik secara apa adanya. Lambat laun bangsa Rumawi mengembangkan sendiri Filosofi, Ilmu Pengetahuan, Hukum, Sistem Politik, dll, yang akhirnya menjadi dasar dari peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa Eropa Barat selama 15 abad dan sampai sekarang masih nampak pengaruhnya, misal:
1) Hukum-kodifikasi hukum yg kita kenal sekarang;
2) Sistem Pemerintahan – Republik; dan
3) Sistem Legislatif- DPR .
Adapun sistem sosial, sistem kenegaraan, sistem perekonomian dilakukan melalui kegiatan-kegiatan unit-unit organisasi (administratio) yang masing-masing dipimpin oleh administrator. Administrator sebagai yang memimpin suatu administratio atau unit organisasi, bertanggung jawab kepada Pemilik/Majikan/Atasan(Maestro), yang memberikan tugas, kewajiban, dan pengarahan-pengarahan kepadanya.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya kepada Maestro,maka Administrator harus melakukan administer ( melayani, mentaati) terhadap majikan dan melakukan segala sesuatu sesuai kebijaksanaan majikan tersebut sambil menjalankan administrare (yaitu menyelenggarakan Tata usaha: registrasi, inventarisasi, pembukuan, dokumentasi, korespondensi, kearsipan) untuk mempertanggung-jawabkan segala sesuatunya yang telah dilakukan menurut prosedur dan formalitas tertentu (mis: membuat berita acara, laporan). Untuk menggerakkan personil dalam rangka melakukan kegiatan-kegiatan organisasi yang dipimpin maka Administrator melakukan administro yang berarti memimpin, mengatur, mengemudikan. Istilah yang digunakan bagi administrator pada umumnya adalah: direktur, direksi.
Di Inggris perkembangannya berbeda sekali dari Eropa Kontinental. Di Inggris seorang administrator atau direktur disebut Manager. Jika pangkatnya tinggi sehingga ikut bertanggung jawab langsung kepada pihak pemilik organisasi/perusahaan, disebut Managing Director. Sedangkan director dalam bahasa Inggris/Amerika, oleh kita dan juga Belanda disebut Komisaris (Commissaris).
Pengertian Direktur yang sering dengar dan gunakan, dalam bahasa Inggrisnya disebut manager. Personnel Management (bhs.Ingg/Am), dalam bahasa Indonesia disebut Administrasi Personil, yang mencakup organisasi urusan personil, tata-usaha personil, dan pengelolaan personil. Pengelolaan sendiri dalam bhs.Inggris disebut management, akan tetapi management yang berbeda tingkat serta sifat dari ketatalaksanaan dan administrasi. Administrasi adalah manajemen yang paling tinggi. Financial management, diterjemahkan dengan Administrasi Keuangan, yang terdiri atas organisasi urusan keuangan, tatausaha keuangan, dan pengelolaan keuangan. Company management adalah Direksi Perusahaan, Company Manager adalah Direktur Perusahaan. Business Management adalah Pimpinan Perusahaan/Bisnis, sedangkan Business Administration adalah Administrasi Bisnis/Niaga.
· Adminster : melayani, mentaati terhadap majikan dan melakukan segala sesuatu sesuai kebijaksanaan majikan
· Administrare :menyelenggarakan Tata Usaha: registrasi, inventarisasi, pembukuan, dokumentasi, korespondensi, kearsipan
· Administratio : kegiatan-kegiatan unit-unit organisasi
· Administro : memimpin, mengatur, mengemudikan. (leadership, management)
Untuk lebih memahami istilah-istilah dalam administrasi maka di bawah ini diuraikan sebagai berikut:
Administrasi dan manajemen
Pada umumnya orang akan berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara administrasi dan manajemen. Untuk membedakan arti kedua kata tersebut, di bawah ini dibuat suatu tabel agar memudahkan dalam membandingkannya.
Administrasi adalah bagian dari manajemen dan sebaliknya manajemen juga bagian dari administrasi. Kedua hal tersebut benar, tergantung dari tempatnya atau negaranya:
Ø Di Eropa Daratan ( Jerman, Bld, Perancis, Itali) dikatakan manajemen bagian dari administrasi
Ø Di Inggris dikatakan Administration bagian dari management
Ø DI INDONESIA Istilah adm. berasal dari Bhs.Bld “ administratie”, yang terdiri dari: organisasi, tata usaha, dan pengelolaan. Istilah management di Indonesia adalah Istilah Inggris, yang berasal dari AS.
Jika mempertimbangkan kedua aspek tersebut dari segi kebudayaan, dimana Indonesia sangat lama dijajah Belanda, maka memahami administrasi perlu lebih ditekankan dimana berpikir secara administrasi adalah berpikir secara organisasi-tata usaha dan manajemen.
Jika manajemen dipisahkan secara tegas dan terlepas dari administrasi, maka organisasi dan tatausaha akan tertinggal dan tatausaha dianggap sebagai aspek yang tidak penting.
Di Perancis, manajemen dikembangkan ala sistem AS, tetapi tidak terlepas dari administration, dimana dikatakan, bahwa” administrasi terdiri atas documentation (tatausaha) dan gestion (manajemen).
Berpikir Secara Administrasi Dan Manajemen Administrasi
Berpikir secara administrasi adalah berpikir secara mengatur dan menjalankan penyelenggaraan dari apa yang dikehendaki Pengemban Tugas misalnya pemerintah, pengusaha, atau direksi. Berpikir secara manajemen adalah berpikir secara mengendalikan, mengerahkan, dan memanfaatkan segala sumberdaya, yang menurut perencanaan diperlukan untuk mencapai tujuan.
Administrasi atau tata penyelenggaraan dilakukan dengan membentuk, mengembangkan, memimpin dan mempergunakan suatu organisasi. Dengan pengertian yang luas tersebut, maka administrasi juga merupakan manajemen, yaitu “ the overall management of an organization”.
Administrasi dijalankan oleh dan dibawah pimpinan seorang administrator oleh suatu aparatur yang merupakan suatu organisasi. Dalam praktek, kedudukan administrator dirangkap oleh pengemban tugas (misal:pemerintah merangkap sebagai administrator negara) atau pengusaha (misal:pengusaha/pemilik perusahaan merangkap sebagai direktur perusahaan). Oleh sebab itu banyak yang tidak dapat membedakan antara “pemerintahan” dan “ administrasi negara”, atau antara “pengusaha bisnis” dan “administrasi bisnis”.
Manajemen dijalankan oleh:
- Pekerja biasa (worker), pengamat (supervisor), pemimpin/kepala, manajer, koordinator, direktur, pengurus, pengusaha, jadi hanya berbeda-beda menurut kedudukan (tingkatan), obyek atau bidang, dan kekompleksannya
Ø Aspek penting dari administrasi sebagai obyek studi Ilmu Administrasi
Ø Administrasi sebagai fenomena sosial.
Ø Administrasi terdapat dalam suatu organisasi.
Ø Administrasi merupakan suatu kekuatan yang memberi hidup/gerak kepada organisasi. Penggerak atau kekuatan tersebut disebut administrator.
Ø Administrasi merupakan suatu fungsi tertentu untuk mengendalikan, menggerakkan, mengembangkan dan mengarahkan suatu organisasi, yang dijalankan administrator dan dibantu oleh manajer dan stafnya.
Ø Administrasi merupakan sekelompok orang sebagai badan pimpinan (the governing body) dari suatu organisasi. Misal: The Reagan Administration.
Ø Administrasi merupakan seni yang memerlukan bakat, dan ilmu yang memerlukan pengetahuan ataupun pengalaman
Ø Administrasi merupakan proses penyelenggaraan bersama/proses kerjasama antara sekelompok orang untuk mencapai tujuan dan direncanakan sebelumnya. Kerjasama tersebut melalui organisasi
Ø Administrasi merupakan suatu jenis tingkah laku sosial tertentu, yang memerlukan sikap serta kondisi mental tertentu
Ø Administrasi merupakan suatu praktek atau teknik tertentu, sebagai suatu tatacara melakukan sesuatu, yang memerlukan kemampuan, ketrampilan, kemahiran.
Ø Administrasi merupakan suatu sistem, yang memerlukan input, transportasi, pengolahan, dan output tertentu.
Ø Adminstrasi merupakan suatu tipe manajemen, sebagai overall management dari suatu organisasi, sehingga dikatakan manajemen merupakan inti administrasi.
Manajemen merupakan pengendalian sumberdaya (orang, uang, mesin, materials, metode-cara-teknik, ruang, tenaga, waktu).
Dalam istilah Administrasi tercakup adanya pesan, tugas, tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh para pemilik organisasi.
PENGERTIAN ADMINISTRASI DALAM ARTI SEMPIT DAN LUAS
1) Arti sempit: berasal dari kata Administratie (bhs. BELANDA ), yang meliputi kegiatan:catat mencatat, surat menyurat, pembukuan ringan, ketik mengetik, agenda dsb, yang bersifat teknis ketatausahaan (clerical work). Dengan demikian tata usaha adalah bagian kecil kegiatan dari Administrasi.
2) Arti luas: berasal dari kata Administration (bhs. INGGRIS).
a. Leonard D.White: Administrasi adalah suatu proses yang pada umumnya terdapat pada semua usaha kelompok, negara atau swasta, sipil atau militer, usaha yang besar dan kecil.
b. H.A Simon: Administrasi adalah kegiatan dari kelompok yang mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan tujuan bersama.
c. William H. Newman: Administrasi adalah bimbingan, kepemimpinan, dan pengawasan atas usaha-usaha kelompok individu, terhadap tercapainya tujuan bersama.
Dengan memperhatikan penjelasan tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa:
CIRI-CIRI ADMINISTRASI adalah sebagai berikut:
1. Adanya kelompok manusia (2 orang atau lebih)
2. Adanya kerjasama dari kelompok tersebut
3. Adanya bimbingan, kepemimpinan, dan pengawasan
4. Adanya tujuan kelompok
Pendapat yang mempersamakan administrasi dan manajemen
a. William H. Newman:
Bukunya berjudul “administrative action”, tapi isinya menyangkut “the techniques of organization and managemen”.
b. M.E. Dimock :
“Administration or management is a planned approach to the solving of all kinds of problems in almost eveery individual or group acitivity both public or private”.
Pendapat yang membedakan administrasi dan manajemen
a). Dalton E. McFarland:
Administrasi ditujukan terhadap penentuan tujuan pokok dan kebijaksanaannya, sedangkan manajemen ditujukan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan maksud menyelesaikan/mencapai tujuan dan pelaksanaan kebijaksanaan.
b). Ordway Tead:
Administrasi sebagai suatu proses dan badan yang bertanggung jawab terhadap penentuan tujuan, dimana organisasi dan manajemen digariskan. Adminstrasi bersifat lebih menentukan garis besar daripada suatu kebijaksanaan dan pemberian pengarahan (general polices).
Manajemen , prosesnya adalah bagaimana secara langsung kegiatan-kegiatan dilakukan untuk merealisasikan tujuan, dengan mengatur tindakan-tindakan tsb. agar dapat tercapai tujuannya.
Hubungan administrasi, organisasi, manajemen, kepemimpinan, pengambilan keputusan, hubungan antar manusia.
1) Ordway Tead dan Farland:
§ Administrasi terdiri atas organisasi dan manajemen.
2) Dimock dan Koenig:
§ Inti Manajemen adalah Kepemimpinan
§ Inti Kepemimpinan adalah pengambilan keputusan
§ Inti Pengambilan Keputusan adalah hubungan antarmanusia
Adapun mekanisme administrasi dalam Bimbingan dan Konseling adalah:
Ø Pencacatan data pribadi siswa (dengan angket) yang kemudian dihimpun dalam
Ø buku pribadi (cumulative record) secara teratur dan sistematis.
Ø Membuat catatan kejadian siswa (catatan anekdot) tentang tingkah laku siswa dalam kelas selama proses belajar mengajar yang dibuat oleh guru bidang studi yang kemudian dihimpun dalam bentuk observasi mingguan.
Ø Melaksanakan studi kasus atau analisis buku pribadi siswa oleh konselor.
Ø Mengolah data hasil sosiometri yang berupa sosiogram yang dibuat oleh wali kelas kemudian dimasukan ke dalam buku pribadi siswa sebagai salah satu bahan studi kasus.
Ø Mengolah data hasil wawancara, daftar presensi, daftar nilai raport (legger) yang dibuat oleh wali kelas kemudian dimasukan dalam kartu pribadi siswa.
Ø Mengolah data hasil kunjungan rumah (home visit) yang diselenggarakan oleh wali kelas yang kemudian dihimpun dalam catatan pribadi siswa.
Ø Mengolah hasil pemeriksaan dari petugas khusus (Psikiater, Tester, Petugas Kesehatan) yang kemudian dihimpun dalam buku pribadi siswa.
Ø Membuat laporan bulanan, semester, dan tahunan.
Ø Data-data, informasi yang berasal dari berbagai sumber dan telah dikumpulkan dalam buku pribadi, hendaknya diperiksa oleh Kepala Sekolah, sehingga terwujud kerjasama antara semua staff dalam mempelajari buku pribadi siswa serta menemukan dan memecahkan berbagai kasus yang dihadapi oleh para siswa.
9. BIMBINGAN DAN KONSELING AGAMA DISEKOLAH.
Landasan bimbingan dan konseling agama.
Penderita gangguan jiwasering tidak menyadariapa yang sebenarnya melanda dirinya. Ia gelisah, cemas, tak bersemangat, terkadang ragu, tak percaya diri, tetapi ia sendiri tidak tau persis apa yang sebanarnyayang menyebabkan keadaan tersebut. Dikalangan masyarakat, ada yang menyarankan agar penderita itu di bawa kepada dukun, karena segala itu ada hubungannya dengan gangguan makhluk halus. Di sisi yang lain, ada yang menganjurkan agar penderita dibawakepada dokter jiwa karena ia di anggap sakit jiwa. Fenomena itu menunjukkan bahwa mwsyarakat belum memahami fungsi bimbingan dan konseling.
Meskipun di dalam sekolah sudah ada guru BP yang menangani masalah kesulitan belajar bagi siswa –siswa yang bermasalah, tetapi pada umumnya masyarakat belum bisa membedakan tugas dan fungsi guru BP dengan guru lainnya. Layanan bimbingan dan konseling kejiwaan pada umumnya baru tumbuh pada masyarakat perkotaan, terutama kota-kota besar, karena hiruk pikuk kehidupan manusia di kota besar dengan segala permasalahannya sangat memungkinkan timbulnya gangguan jiwa bagi orang yang tidak siap mental atau yang terlalu berat beban mentalnya dalam mengatasi problema kehidupan yang dialaminya. Meskipun belum ada data penelitian lapangan, nampaknya pengguna jasa bimbingan dan konseling kejiwaan masih terbatas pada kalangan menengah ke atas, dan pada kelompok yang relatif tidak dekat dengan agama. Di kalangan masyarakat santri, jika ada seseorang yang merasa bermasalah biasanya lebih suka sowan kepada kyai untuk minta do’a dan berkahnya agar senbuh dari gangguan jiwa itu. Apa yang dilakukan oleh kyai terhadap tamu yang mohon di do’akan dan di berkahi itu sebenarnya memeng merupakan jenis layanan konseling, meski paradigma berbeda.
Masyarakat dakwah di Indonesia pada umumnya masih berkutat di sekitar tabliq, yakni seekedar menyampaikan seruan atau informasi tentang islam dengan persuasip masih merupakan teori yang di pelajari di bangku kuliah tau di diskusikan dalm seminar-seminar, belum menjadi perencanaan apalagi program aksi yang terkoordinasi. Orientasi dakwah di Indonesia pada umumnya masih menoton, normatip dan idealistik. Para da’i pada umumnya belum tertarik dengan penelitian dakwah sehingga apa yang menjadi kebutuhan masyarakat mad’u tidak diketahui secar empirik, dan para da’i dalam dakwahnya hanya memberikan apa yang mereka punyai, bukan memberikan apa yang dibutuhkan. Kelompok masyarakat bermasalah termasuk yang belum diteliti oleh para da’i sehingga merekapun tidak tau persis apa yang dibutuhkan.
Dalam kondisi masyarakat dakwah yang sedemikian itu maka logis jika bentuk bimbingan dan konseling Agama belum manarik perhatian para da’i. Meskipun masyarakat sebenarnya sudah membutuhkan. Dewasa ini, bentuk pemberian bimbingan dan konseling agama mestinya sudah menjadi agenda dakwah, yakni dakwah yang bersifat khusus.
10. BIMBINGAN WAWANCARA KARIER.
Bimbingan wawasan
Program Bimbingan dan Konseling (BK) dikembangkan dengan pertimbangan adanya relevansi program itu dengan kebutuhan untuk mewujudkan gagasan personalisasi dan individualisasi pendidikan di lingkungan pendidikan sekolah. Kebutuhan ini terasa manakala penekanan pengajaran tampak makin berat pada pengembangan intelek dan perhatian guru di kelas kelihatan lebih banyak tertuju pada murid sebagai bagian dari kelompok daripada sebagai pribadi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dirasa perlu adanya satu program khusus dengan tenaga pelaksana yang profesional. Pendidikan tenaga di bidang BK (konselor pendidikan/sekolah) jenjang S1 Universitas/LPTK diselenggarakan sebagai tanggapan untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga konselor untuk pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku. Program pendidikan ketenagaan itu telah berhasil memenuhi kebutuhan tersebut secara berangsur-angsur. Sementara itu, karena perkembangan pembangunan pendidikan, terasa ada tuntutan tugas yang makin meningkat, dan karena itu pelaksanaan tugas yang lebih bermutu dan konselor pelaksana yang lebih berkualifikasi. Program Magister BK dimaksudkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan pengadaan tenaga yang lebih profesional tersebut.
Konselor sekolah keluaran jenjang S1 dimaksudkan untuk bertugas di sekolah-sekolah (khususnya sekolah dasar dan menengah), sedangkan tamatan Program Magister sementara ini hampir seluruhnya dimaksudkan untuk mengisi kebutuhan akan tenaga pengajar pada lembaga-lembaga pendidikan konselor jenjang S1. Dengan cara ini mutu konselor sekolah keluaran jenjang S1 secara tidak langsung diharapkan dapat ditingkatkan.
Di samping masalah pemenuhan kebutuhan akan tenaga profesional bimbingan ada masalah ketenagaan yang lain, yaitu pengadaan tenaga dengan tugas pengembangan ilmu dan teknologi. Program pendidikan Doktor bidang BK bertujuan menghasilkan konselor pendidikan berkualifikasi penuh yang sekaligus adalah pakar yang memiliki wawasan keilmuan. Tenaga ahli yang dimaksud diharapkan mampu mengembangkan konsep, proses, teknik, dan sistem bagi penyelenggaraan bimbingan-konseling di latar pendidikan/sekolah, di samping memiliki kemampuan olah ilmu dengan acuan maksud mengembangkan ilmu dan teknologi pendidikan bidang layanan bantuan kemanusiaan.
Selanjutnya, pakar bimbingan keluaran Program Doktor tersebut diharapkan mampu melaksanakan tugas-tugas pembinaan atas praktik pelaksanaan program bimbingan-konseling di sekolah-sekolah, di samping mempunyai wawasan pendidikan yang luas bagi membantu menangani tugas-tugas pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan/pengajaran yang berkaitan beserta permasalahannya.
VISI
Program studi Bimbingan dan Konseling sebagai pendidikan pascasarjana yang unggul dan menjadi rujukan untuk pengembangan pendidikan konselor, dan dalam pengembangan profesionalisme konselor melalui pendidikan lanjut (continuing education).
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan lanjut untuk menghasilkan tenaga konselor yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang terstandar
2. Menyelenggarakan pendidikan lanjut untuk menghasilkan pendidik konselor yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang terstandar
3. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu untuk menghasilkan karya akademik yang unggul dan menjadi rujukan dalam bidang bimbingan dan konseling
4. Membangun masyarakat melalui penerapan hasil-hasil penelitian dan kajian dalam bidang bimbingan dan konseling
5. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas dan kinerja Program Studi Bimbingan dan Konseling
6. Memberdayakan alumni dalam rangka peningkatan peran dan citra Program Studi Bimbingan dan Konseling
7. Membangun organisasi yang sehat berdasarkan prinsip otonomi
Tujuan program
Tujuan Program Magister (S2)
Program Bimbingan Konseling Program Magister mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan tenaga profesional dengan tugas mengembangkan dan menyelenggarakan program bimbingan konseling pendidikan, melaksanakan layanan bantuan yang tercakup, dan memberikan supervisi terhadap para petugas yang menjadi tanggung jawab binaannya dalam menjalankan tugas-tugas bimbingan di lapangan (di sekolah). Petugas layanan bantuan tamatan program disebut konselor pendidikan (atau konselor sekolah), dan akan bekerja disekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan-pelatihan umumnya. Klientel layanan konselor sekolah adalah siswa. Ia mungkin juga diminta memberikan konsultasi kepada guru, staf sekolah yang lain, bekerja sama dengan orangtua dan badan-badan dalam masyarakat yang tersangkut dalam usaha-usaha bantuan dan layanan kemanusiaan bagi siswa.
2. Menyiapkan tenaga konselor pendidikan dengan kewenangan tambahan, yaitu mengajar di jenjang S1 dan S0 Universitas/LPTK, Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi (BKP), Program Pendidikan BK, dengan keahlian dalam proses belajar-mengajar di perguruan tinggi dan berwawasan luas, yang menjadikannya tenaga pengajar perguruan tinggi yang lebih berkualifikasi.
Tujuan Program Doktor (S3)
Tujuan Program Bimbingan dan Konseling Program Doktor adalah:
1. Menyiapkan (i) tenaga bimbingan/konselor ahli (berkualifikasi penuh) yang akan bekerja di latar sekolah, di lembaga-lembaga pendidikan pelatihan, dan di lingkungan pendidikan pada umumnya, dengan tugas pelayanan dan pengembangan; (ii) tenaga ahli dengan wawasan keilmuan yang luas bagi pengembangan BK sebagai bidang kajian dan pengembangan ilmu-ilmu dasar pendukungnya; (iii) tenaga ahli yang akan bertindak selaku konsultan bagi guru, staf sekolah, pakar bidang yang lain, orangtua, dan masyarakat umum pihak-pihak yang terlibat di dalam usaha bantuan dan layanan kemanusiaan.
2. Karena keahlian di bidang studi spesialisasinya, konselor tamatan Program Doktor bisa diberikan kewenangan mengajar di Universitas/LPTK, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, khususnya untuk mata kuliah pengembangan BK dan bidang-bidang studi lanjut lainnya.
Kompetensi lulusan
Kompetensi Lulusan Program Magister (S2)
Petugas bimbingan lulusan Program Pendidikan Konselor Program Magister diharapkan menguasai kemampuan dasar profesional sebagai berikut:
1. Memperlihatkan perilaku pelaksanaan tugas bimbingan yang mencerminkan kepribadian yang patut sebagai pendidik: adanya integritas, tanggung jawab dan sikap profesional.
2. Peka dan tanggap terhadap perubahan masyarakat yang terjadi dan memiliki rasa keterikatan untuk berperan serta dalam usaha-usaha memajukan masyarakat melalui pendidikan dan khususnya bimbingan.
3. Mampu melaksanakan tugas-tugas bantuan dan pengembangan manusia secara mandiri yang disertai wawasan luas:
(a) Menguasai landasan-landasan pendidikan bagi pelaksanaan tugas profesionalnya,
(b) Merancang, mengelola, dan menilai program bimbingan-konseling di latar pendidikan,
(c) Melaksanakan dan mengelola layanan bantuan yang bertujuan pengembangan dan peningkatan pribadi siswa,
(d) Melaksanakan tugas-tugas bimbingan yang ada kaitannya dengan pengajaran dan kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya, dan
(e) Menguasai asas-asas penelitian psikologi, pendidikan, dan bimbingan, dan memanfaatkan hasilnya untuk pelaksanaan tugas BK.
Kompetensi Lulusan Program Doktor (S3)
Selain memenuhi persyaratan kompetensi bagi lulusan Program Magister program studi Bimbingan dan Konseling Program Doktor diharapkan memiliki pula kompetensi tambahan/lanjut sebagai berikut:
1. Memperlihatkan perilaku pelaksanaan tugasnya sebagai seorang konselor ahli yang mencerminkan kepribadian pendidik, kemandirian, integritas pribadi, sikap dan tanggung jawab profesional.
2. Peka dan tanggap terhadap perkembangan dan perubahan masyarakat dan memiliki rasa keterikatan diri untuk berperan serta dalam usaha-usaha untuk memajukan dan mengembangkan masyarakat melalui pendidikan-bimbingan.
3. Memiliki wawasan pendidikan yang luas sehingga mampu mengenali, memahami, dan mengantisipasi masalah-masalah pendidikan umumnya.
4. Menguasai bidang bimbingan dan konseling, baik teori, praktik, maupun untuk pengembangannya, dan mampu memberikan urunan bagi pengembangan ilmu dan teknologi pendidikan, khususnya di bidang BK.
5. Bersedia dan mampu mengalihkan ilmu yang berhasil dikembangkan kepada mahasiswa, rekan sejawat dan masyarakat ilmu umumnya.
Struktur kurikulum
Dalam usaha untuk membentuk kompetensi-kompetensi yang telah dikemukakan di atas dirancang kurikulum sebagai terlihat pada Kurikulum Magister (S2) Bimbingan Konseling dan Kurikulum Doktor (S3) Bimbingan Konseling.
Bimbingan karier
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan menggunakan prosedur, cara dan bahan agar individu tersebut mampu mandiri dalai memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sedangakan karier merupakan pekerjaan, profesi (Hornby, 1957).
Seseorang akan bekerja dengan senang, dengan penuh kegembiraan bila apa yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaan dirinya, sesuai dengan kemampuannya, sesuai dengan minatnya. Tetapi sebaliknya, bila seseorng bekerja sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya, maka dapat dipastikan ia akan bekerja kurang senang dan kurang tekun. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa prinsip dasar agar seseorang dapat bekerja dengan baik, dengan senang, dengan tekun,diperlukan adanya kesesuaian tuntutan dari pekerjaan atau jabatan itu dengan apa yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Untuk mengarah ke hal tersebut diperlukan bimbingan degan secara baik, dan ini adalah merupakan salah satu tugas dari pembimbing untuk mengarahkan kea rah tersebut. Dengan demikian akan jelas apa sebenarnya bimbingan karier itu.
Tujuan dari bimbingan karier adalah
1 Para siswa dapat dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama yang berkaitan dengan segi potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan, minat, bakat,sikap, cita-citanya.
2 Menyadari dan memehami nilai-nilai yang ada dalam dirinya, serta ada dalam masyarakat.
3 Mengetahui berbagai jenis pekarjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya; mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu; memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa depannya.
4 Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan factor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
5 Para siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karier dan kehidupannya yang serasi, yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Drs.dan Ahmadi Rohani H.M Drs. 1991. Bimbingan dan konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Arifin, H.M. Prof. 1980. Pedoman Pelaksnaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Trayon.
Prayitnao. M.Sc.Ed. Prof.Dr.H. dan Amti, Drs.herman.1999. Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar