19 November, 2011

Kekejaman Mongol dan Kemunduran Islam


DINASTI MONGOL

1.      Kekejaman Mongol
Dengan dikuasainya dunia Islam oleh bangsa Mongol, maka unsur-unsur Arab menjadi lenyap, bahkan hampir-hampir bahasa Arab dan sastranya lenyap pula. Diantara akibat kemunduran kebudayaan dan peradaban Islam pada masa itu, ialah: 
a.       Berpindahnya pusat ilmu
Kota-kota pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam pindah dari kota Bagdad, Bukhara. Kordova, dan sebagainya. 
b.      Tiada dukungan pejabat negara untuk mengembangkan Ilmu. Khalifah dan pejabat tinggi pada masa Mongol hanya hidup bermewah-mewah sehingga lupa sama sekali untuk memperlihatkan perkembangan ilmu pengetahuan.
c.       Berkurangnya buku-buku dan perpustakaan akibat pertentangan antara madzab-madzab agama dan pembakaran kota Bagdad. Buku-buku dan perpustakaan yang berisi berpuluh-puluh ribu kitab dibakar. Demikian pula kekacauan di Bagdad maupun di Spanyol, menyebabkan pula lenyapnya kitab-kitab ilmu pengetahuan.
d.      Penyalahgunaan ilmu pengetahuan.
Oleh karena perhatian para pejabat terhadap ilmu pengetahuan tidak ada, maka para ahli ilmu filsafat dan umumnya mengalihkan ke Ilmu agama dan khurafat. Hasil-hasil karya para ahli Ilmu dibuat untuk mengambil muka para khalifah agar dapat menikmati kemewahan istana.
Kemunduran yang paling suram adalah di jaman Usmani akibat  kekacauan di bidang politik dan sosial. Masa Usmani hampir tidak ada ulama yang orisinil, kalaupun ada. karangannya hanya merupakan syarah dan penjelasan pada jaman sebelumnya. Oleh karena itu, jaman Usmaniyah disebut jaman "Asy-Syarah wal - Hawasyi".


2.      Hancurnya kehidupan dan Ekonomi Masyarakat karena Perang Berkepanjangan
Akibat dari peperangan yang berkepanjangan, maka susunan masyarakat Islam menjadi renggang. Peperangan ini terjadi dalam dua unsur. Pertama, unsur dari dalam yang melibatkan peperangan antara keluarga-keluarga dari raja-raja Islam yang ingin berkuasa. Kedua, unsur dari luar yaitu perang antara raja-raja Islam melawan raja-raja Kristen Eropa, jug peperangan dalam menghadapi serbuan tentara Mongol.
3.      Kerugian yang disebabkan dari unsur luar
Karena kelengahan pemimpin-pemimpin Islam, maka kekuasaan-kekuasaan menjadi tidak tangguh. Kekuasaan yang terpecah-pecah, membuat kekuatan luar semakin mengintai dan mencari kelemahan umat Islam.
Terjadinya serangan Mongol tahun 656 H menghancurkan sendi-sendi ekonomi umat Islam. Sebab tentara Mongol ini telah menghancurkan kota Bagdad yang menjadi pusat ekonomi Umat Islam. Begitu juga perang berkepanjangan yang dilakukan tentara Mongol terhadap kerajaan Islam yang lain, seperti kerajaan Islam di Turki. [1]

MASA KEMUNDURAN
BANGSA MONGOL DAN DINASTI ILKHAN
Jatuhnya kota Bagdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradab­an Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradab­an Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumi hanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Ht lagu Khan tersebut.
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama lkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari. 
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain.baik di antara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Mereka menganut agama­ Syamaniah (Syamanism), menyembah binatang-binatang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit. 
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan  Yasugi Bahadur Khan.  Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjai satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jengis Khan memba­gi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang puteranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai dan Tuli. Chagatai berusaha menguasai kembali daerah-daerah Islam yang pernah ditaklukkan dan berhasil merebut Illi, Ferghana, Ray, Hamazan, dan Azerbaijan. Sultan Khawarizm, Jalal al-Din berusaha keras membendung serangan tentara Mongol ini, namun Khawarizm tidak sekuat dulu. Kekuatannya sudah banyak terkuras dan akhir­nya terdesak. Sultan melarikan diri. Di sebuah daerah pegunungan ia dibunuh oleh seorang Kurdi. Dengan demikian, berakhirlah kerajaan Khawarizm. Kematian Sultan Khawarizmsyah itu membuka jalan bagi Chagatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan lebih leluasa. Saudara Chagatai, Tuli Khan menguasai Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam sudah terpecah belch dan kekuatannya udah lemah. Tuli dengan mudah dapat menguasai Irak. Ia me­ninggal tahun 654 H/1256 M, dan digantikan oleh puteranya, Hulagu Khan.
Pada tahun 656 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah al-Mu'tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 -1258), betul-betul tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan. Pada scat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abba­siyah, Ibn al-Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. Ia mengatakan kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Raja (Hulagu Khan) ingin menga­winkan anak perempuannya dengan Abu Bakr, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sultan-sultan Seljuk.
Khalifah menerima usul itu. Ia keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Kebe­rangkatan khalifah disusul oleh para pembawa  istana yang terdiri dari ahli fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hu­lagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya ternyata tidak benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang kejam ini, berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Bagdad. 
Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir. Dari Baghdad pasukan Mongol menyeberangi sungai Euphrat menuju Syria, kemudian melintasi Sinai, Mesir. Pada tahun 1260 M mereka berhasil menduduki Nablus clan Gaza. Panglima tentara Mongol, Kitbugha, mengirim utusan ke Mesir meminta supaya Sultan Qutuz yang menjadi raja kerajaan Mamalik di sang menyerah. Permintaan itu ditolak oleh, Qutuz bahkan utusan Kitbugha dibunuhnya.”
Tindakan Qutuz ini menimbulkan kemarahan di kalangan tentara Mongol. Kitbugha kemudian melintasi Yordania menuju Ovalilie Pasukan ini bertemu dengan pasukan Mamalik yang dipimpin langsung oleh Qutuz dan Baybras di 'Ain Jalut. Pertem­puran dahsyat terjadi, pasukan Mamalik berhasil menghancurkan tentara Mongol, 3 September 1260 M.
Baghdad dan daerah-daerah yang ditaklukkan Hulagu selan­jutnya diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar yang diberikan kepada Hulagu. Daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil di barat dan India di timur, dengan ibu kotanya Tabriz." Umat Islam, dengan demikian, dipimpin oleh Hulagu Khan, seorang raja yang beragama Syamanism. Hulagu meninggal tahun 1265 M dan diganti oleh anaknya, Abaga (l265-1282 M) yang masuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Teguder (1282-1284 M), yang masuk Islam karena masuk Islam, Ahmad Teguder  ditantang oleh pembesar-.pembesar kerajaan yang lain. Akhirnya ia ditangkap.

PERANG SALIB
Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 (1071 M). tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian rang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan perang salib. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Saljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis pada thun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan prang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang salib, yang terjadi dalam tiga periode.
1.      Periode Pertama
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa).
2.      Periode Kedua
Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zanki. Nuruddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.

3.      Periode Ketiga
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Fredick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat.[2]
Hal ini disebabkan karena, adanya dugaan bahwa pihak Kristen dalam melancarkan serangan tersebut didorong oleh motivasi keagamaan, selain itu mereka menggunakan simbol salib. Namun jika dicermati lebih menda­lam akan terlihat adanya beberapa kepentingan individu yang turut mewarnai perang salib ini. Berikut ini adalah beberapa penyebab turut melatarbelakangi terjadinya perang salib.  
Pertama, bahwa perang salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri barat dan negeri timur, jelasnya antara pihak Kristen dan pihak muslim. Perkembangan dan kema­juan ummat muslim yang sangat pesat, pada akhir-akhir ini menimbulkan kecemasan tokoh-tokoh barat Kristen. Terdorong oleh kecemasan ini, maka mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan muslim.
Kedua, munculnya kekuatan Bani Saljuk yang berhasil merebut Asia Kecil setelah menga­lahkan pasukan Bizantium di Manzikart tahun 1071, dan selanjutnya Saljuk merebut Baitul Maqdis dari tangan dinasti Fatimiyah tahun 1078 M. Kekuasaan Saljuk di Asia Kecil  dan Yerusalem sebagai halangan bagi pihak Kristen barat, untuk melaksanakan haji ke Bait al-Maqdis., Padahal yang terjadi adalah bahwa pihak Kristen bebas saja melaksanakan haji secara berbondong-bondong. Pihak Kristen menyebarkan desas-desus perlakuan kejam, Turki Saljuk terhadap jemaah haji Kristen. Desas-desus ini membakar amarah umat Kristen Eropa.
Ketiga, bahwa semenjak abad kesepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur per­dagangan di lautan tengah. Para pedagang Pisa, Vinesia, dan Genoa merasa terganggu atas kehadiran pasukan Islam sebagai penguasa jalur perdagangan di laut tengah ini. Satu-satunya jalan untuk memperluas dan memperlancar perdagangan mereka adalah dengan mendesak kekuatan muslim dari lautan ini.
Keempat, propaganda Alexius Comnanus kepada Paus Urbanus II. Untuk membalas kekalahannya dalam Peperangan melawan pasukan Saljuk. Bahwa Paus merupakan sumber otoritas tertinggi di barat yang didengar dan ditaati propagandanya.  Paus Urbanus II segera mengumpulkan tokoh-tokoh Kristen pada 26 November 1095 di Clermont, sebelah tenggara Perancis. Dalam pidatonya di Clemont sang Paus memerintahkan kepada pengikut Kristen agar mengakat senjata melawan pasukan muslim. Tujuan utama Paus saat itu adalah memperluas pengaruhnya sehingga gereja-gereja Romawi akan bernaung dibawah otoritasnya. Dalam propagandanya, sang Paus Urbanus II menjanjikan ampunan atas segala dosa bagi emreka yang bersedia bergabung dalam peperangan ini. Maka isu persatuan umat Kristen segera bergema menyatukan negeri-negeri Kristen memenuhi seruan sang Paus ini. Dalam waktu yang singkat sekitar 150.000 pasukan Kristen berbondong-bondong memenuhi seruan sang Paus, mereka berkumpul di Konstantinopel. Sebagian besar pasukan ini adalah bangsa Perancis dan bangsa Normandia.[3]


Jalannya Peperangan
Perang salib yang berlangsung dalam kurun waktu hampir dua abad, yakni antara tahun 1095-1291 M., terjadi dalam serangkaian peperangan.
Pada tahun 490 H/1096 M. sebuah pasukan salib yang dipimpin oleh komandan Walter dapat ditundukkan oleh kekuatan Kristen Bulgaria. Kemudian peter yang mengkomandoi kelompok kedua pasukan salib bergerak melalui Hungaria dan Bulgaria. Pasukan ini berhasil menghancurkan setiap kekuatan yang menghalanginya. Seorang sultan negeri Nice berhasil menghadapinya bahkan sebagian pimpinan salib berkenan memeluk Islam dan sebagian pasukan mereka terbunuh dalam peperangan ini.
Sepeninggal sultan Mahmud, tampillah seorang perwira muslim yang cakap dan gagah pemberani. Ia adalah Imaduddin Zangki seorang anak dari pejabat tinggi Sultan Malik Syah. Atas kecakapannya, a menerima kepercayaan berkuasa atas kota Wasit dari sultan Mahmud. Belakangan penguasa Mosul dan Mesopotamia juga berlindung kepadanya. Ia menerima gelar Attabek dari khalifah di bagdad. Ia telah mencurahkan kemampuannya dalam upaya mengembalikan kekuatan pemerintahan Saljuk dan menyusun kekuatan militer, sebelum ia mengabdikan diri di kancah peperangan salib.
Satu-persatu Zangki meraih kemenangan atas pasukan salib, sehingga ia merebut wilayah Edessa pada tahun 539 H/1144 M. dalam pada itu, bangsa Romawi menjalin kekuatan gabungan dengan pasukan Perancis menyerang Buzza. Mereka menangkap dan membunuh perempuan dan anak-anak yang tidak berdosa. Dari sini mereka melancarkan serangan ke Caesarea. Penguasa negeri ini yakni Abu Asakir meminta bantuan pasukan Imaduddin Zangki. Zangki segera mengerahkan pasukannya dan ia berhasil mengusir kekuatan Perancis dan Romawi secara memalukan. Wilayah perbatasan di Akra berhasil di grebek hingga menyerah, demikian pula kita Balbek segera ditaklukkan, untuk selanjutnya pendudukan kota balbek ini dipercayakan kepada komandan Nagamuddin, ayah Salahuddin. Penaklukkan Edessa merupakan keberhasilan Zangki yang terhebat. Oleh umat Kristen Edessa merupakan kota yang termulia. 
Kepemimpinan Imaduddin Zangki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Mahmud. Ia bukan hanya seorang prajurit yang cakap, sekaligus juga ahli hukum, dan juga orang ilmuwan. Pada saat itu umat Kristen Edessa dengan bantuan pasukan muslim yang bertugas di kota ini dan sekaligus membantainya. Nuruddin segera mengerahkan pasukannya ke Edessa dan berhasil merebut kembali. Sejumlah pasukan Edessa dan para penghianat dihukum dengan mata pedang, sedangkan bangsa Armenia yang bersekutu dengan pasukan salib diusir ke luar negeri Edessa.
Sementara itu Baldwin III menggantikan kedudukan ayahnya, Amaury. Baldwin III menghianati perjanjian genjatan senjata antara kekuatan muslim dengan pasukan salib-kristen. Bahkan pada tahun 582 H/186 M. penguasa wilayah kara yang bernama Reginald mengadakan penyerbuatn terhadap kabilah muslim yang seang melintasi benteng pertahanannya Salahuddin segera mengerahkan pasukannya di bawah pimpinan Ali untuk mengapung Kara dan selanjutnya menuju Galilee untuk menghadapi pasukan Perancis. Pada tanggal 3 Juli 1187 M. keua pasukan bertempur di daerah Hittin, dimana pihak pasukan Kristen mengalami kekalahan. Ribuan pasukan mereka terbunuh, sedang tokoh-tokoh militer mereka ditawan sultan Salahudin selanjutnya merebut benteng pertahanan Tiberia.
Salahuddin memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerussalem perhatiannya untuk menyerang Yerussalem imana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan Salib-kristen. Setelah mendekati kita ini, Salahuddin segera menyampaikan perintah agar seluruh pasukan salib-kristen Yerussalem menyerah. Perintah tersebut sama sekali tiak ihiraukan, sehingga Salahuddin bersumpah untuk membalas dendam atas pembantaian ribuan warga muslim. Setelah beberapa lama terjadi peperangan, pasukan salib kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hari sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk melaksanakan sumpah dan dendamnya, sehingga ia pun memaafkan mereka. Bangsa Romawi dan warga Syria-Kristen diberi hidup dan diizinkan tinggal di Yerussalem dengan hak-hak warga negara secara penuh. Bangsa Perancis dan bangsa-bangsa Latin diberi hak meninggalkan Palestina dengan membayar uang tebusan 10 dinar setiap orang dewasa, dan 1 dinar untuk setiap anak-anak. Jika tidak bersedia mereka dijadikan sebagai budak. Namun peraturan seperti ini tidak diterapkan oleh sang sultan secara kaku. Salahuddin berkenan melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepersen pun. Bahkan ia mengeluarkan hartanya sendiri untuk membantu menebus sejumlah tawanan. Salahuddin juga membagi-bagikan sedekah kepada ribuan masyarakat Kristen yang miskin dan lemah sebagai bekal perjalanan mereka pulang. Ia menyadari betapa pasukan Salib-Kristen telah membantai ribuan masyarakat muslim yang tidak berdosa, namun suara hatinya yang lembut tidak tega untuk melampiaskan dendam terhadap pasukan Kristen. Pada sisi lainnya Salahuddin juga membina ikatan persaudaraan antara warga Kristen dengan warga muslim.
Akibat Perang Salib
Perang salib yang berlangsung lebih kurang dua abad membawa beberapa akibat yang sangat berarti bagi perjalanan sejarah dunia. Perang salib ini menjadi penghubung bagi bangsa Eropa mengenali dunia Islam secara lebih dekat, yang berarti kontak hubungan antara barat dan timur semakin dekat. Kontak hubungan barat-timur ini mengawali terjadinya pertukaran ide antara kedua wilayah tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tata kehidupan masyarakat timur yang maju menjadi daya dorong pertumbuhan intelektual bangsa barat, yakni Eropa; hal ini sangat besar andil dan peranannya dalam melahirkan era renaisan di Eropa.
Pasukan salib merupakan penyebar hasrat bangsa Eropa dalam bidang perdagangan dan perniagaan terhadap bangsa-bangsa timur. Selama ini bangsa barat tidak mengenal kemajuan pemikiran bangsa timur. Masa perang salib ini juga membawa akibat timbulnya kegiatan penyelidikan bangsa Eropa mengenai berbagai seni dan pengetahuan penting dan berbagai penemuan yang telah dikenali di timur. Misalnya, kompas kelautan, kincir angin, dan lain-lain. Mereka juga menyelidiki sistem pertanian, dan yang lebih penting adalah mereka mengenali sistem industri timur yang telah maju.


DINASTI MONGOL

Aspek Budaya
1.      Kota-kota pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam pindah dari kota Bagdad, Bukhara. Kordova, dan sebagainya. 

Aspek Teologi/Kepercayaan
1.      Berkurangnya buku-buku dan perpustakaan akibat pertentangan antara madzab-madzab agama dan pembakaran kota Bagdad. Buku-buku dan perpustakaan yang berisi berpuluh-puluh ribu kitab dibakar. Demikian pula kekacauan di Bagdad maupun di Spanyol, menyebabkan pula lenyapnya kitab-kitab ilmu pengetahuan.
2.      Mereka menganut agama­ Syamaniah (Syamanism), menyembah binatang-binatang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit. 

Aspek Sosial
1.      Kemunduran yang paling suram adalah di jaman Usmani akibat  kekacauan di bidang politik dan sosial. Masa Usmani hampir tidak ada ulama yang orisinil, kalaupun ada. karangannya hanya merupakan syarah dan penjelasan pada jaman sebelumnya. Oleh karena itu, jaman Usmaniyah disebut jaman "Asy-Syarah wal - Hawasyi".
2.      Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan  Yasugi Bahadur Khan.  Ia berhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, ia berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan bangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan tangguh. Pada tahun 1206, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa.


Aspek Ekonomi
1.      Karena kelengahan pemimpin-pemimpin Islam, maka kekuasaan-kekuasaan menjadi tidak tangguh. Kekuasaan yang terpecah-pecah, membuat kekuatan luar semakin mengintai dan mencari kelemahan umat Islam.
2.      Terjadinya serangan Mongol tahun 656 H menghancurkan sendi-sendi ekonomi umat Islam. Sebab tentara Mongol ini telah menghancurkan kota Bagdad yang menjadi pusat ekonomi Umat Islam. Begitu juga perang berkepanjangan yang dilakukan tentara Mongol terhadap kerajaan Islam yang lain, seperti kerajaan Islam di Turki.
3.      Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain baik di antara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka.


PERANG SALIB

Aspek Teologi/Kepercayaan
1.      Hal ini disebabkan karena, adanya dugaan bahwa pihak Kristen dalam melancarkan serangan tersebut didorong oleh motivasi keagamaan, selain itu mereka menggunakan simbol salib. Namun jika dicermati lebih menda­lam akan terlihat adanya beberapa kepentingan individu yang turut mewarnai perang salib ini. Berikut ini adalah beberapa penyebab turut melatarbelakangi terjadinya perang salib.  
2.      Pertama, bahwa perang salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri barat dan negeri timur, jelasnya antara pihak Kristen dan pihak muslim. Perkembangan dan kema­juan ummat muslim yang sangat pesat, pada akhir-akhir ini menimbulkan kecemasan tokoh-tokoh barat Kristen. Terdorong oleh kecemasan ini, maka mereka melancarkan serangan terhadap kekuatan muslim.

Aspek Ekonomi
1.      Ketiga, bahwa semenjak abad kesepuluh pasukan muslim menjadi penguasa jalur per­dagangan di lautan tengah. Para pedagang Pisa, Vinesia, dan Genoa merasa terganggu atas kehadiran pasukan Islam sebagai penguasa jalur perdagangan di laut tengah ini. Satu-satunya jalan untuk memperluas dan memperlancar perdagangan mereka adalah dengan mendesak kekuatan muslim dari lautan ini.

Aspek Sosial
1.      Sepeninggal sultan Mahmud, tampillah seorang perwira muslim yang cakap dan gagah pemberani. Ia adalah Imaduddin Zangki seorang anak dari pejabat tinggi Sultan Malik Syah. Atas kecakapannya, a menerima kepercayaan berkuasa atas kota Wasit dari sultan Mahmud. Belakangan penguasa Mosul dan Mesopotamia juga berlindung kepadanya. Ia menerima gelar Attabek dari khalifah di bagdad. Ia telah mencurahkan kemampuannya dalam upaya mengembalikan kekuatan pemerintahan Saljuk dan menyusun kekuatan militer, sebelum ia mengabdikan diri di kancah peperangan salib.
2.      Kepemimpinan Imaduddin Zangki digantikan oleh putranya yang bernama Nuruddin Mahmud. Ia bukan hanya seorang prajurit yang cakap, sekaligus juga ahli hukum, dan juga orang ilmuwan. Pada saat itu umat Kristen Edessa dengan bantuan pasukan muslim yang bertugas di kota ini dan sekaligus membantainya. Nuruddin segera mengerahkan pasukannya ke Edessa dan berhasil merebut kembali. Sejumlah pasukan Edessa dan para penghianat dihukum dengan mata pedang, sedangkan bangsa Armenia yang bersekutu dengan pasukan salib diusir ke luar negeri Edessa.
3.      Salahuddin memusatkan perhatiannya untuk menyerang Yerussalem perhatiannya untuk menyerang Yerussalem imana ribuan rakyat muslim dibantai oleh pasukan Salib-kristen. Setelah mendekati kita ini, Salahuddin segera menyampaikan perintah agar seluruh pasukan Salib-Kristen Yerussalem menyerah. Perintah tersebut sama sekali tidak dihiraukan, sehingga Salahuddin bersumpah untuk membalas dendam atas pembantaian ribuan warga muslim. Setelah beberapa lama terjadi peperangan, pasukan salib kehilangan semangat tempurnya dan memohon kemurahan hari sang sultan. Jiwa sang sultan terlalu lembut dan penyayang untuk melaksanakan sumpah dan dendamnya, sehingga ia pun memaafkan mereka. Bangsa Romawi dan warga Syria-Kristen diberi hidup dan diizinkan tinggal di Yerussalem dengan hak-hak warga negara secara penuh. Bangsa Perancis dan bangsa-bangsa Latin diberi hak meninggalkan Palestina dengan membayar uang tebusan 10 dinar setiap orang dewasa, dan 1 dinar untuk setiap anak-anak. Jika tidak bersedia mereka dijadikan sebagai budak. Namun peraturan seperti ini tidak diterapkan oleh sang sultan secara kaku. Salahuddin berkenan melepaskan ribuan tawanan tanpa tebusan sepersen pun. Bahkan ia mengeluarkan hartanya sendiri untuk membantu menebus sejumlah tawanan. Salahuddin juga membagi-bagikan sedekah kepada ribuan masyarakat Kristen yang miskin dan lemah sebagai bekal perjalanan mereka pulang. Ia menyadari betapa pasukan Salib-Kristen telah membantai ribuan masyarakat muslim yang tidak berdosa, namun suara hatinya yang lembut tidak tega untuk melampiaskan dendam terhadap pasukan Kristen. Pada sisi lainnya Salahuddin juga membina ikatan persaudaraan antara warga Kristen dengan warga muslim.

Aspek Budaya
1.      Masa perang Salib ini juga membawa akibat timbulnya kegiatan penyelidikan bangsa Eropa mengenai berbagai seni dan pengetahuan penting dan berbagai penemuan yang telah dikenali di timur. Misalnya, kompas kelautan, kincir angin, dan lain-lain. Mereka juga menyelidiki sistem pertanian, dan yang lebih penting adalah mereka mengenali sistem industri timur yang telah maju.



[1] Dr. Abullah Qusyairi, M, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: 1994
[2] Dr. Bari Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, Jakarta: 2003
[3] Prof.K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Jakarta: 2003



Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar