23 November, 2011

Sosiologi: Kekuasaan dan Unsur-Unsur Kekuasaan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kekuasaan merupakan komponen penting dalam kehidupan sosial, oleh karena itu, masalah kekuasaan banyak menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan (sosiologi). Kekuasaan banyak terjadi dalam masyarakat, baik itu masyarakat yang masih sederhana dan bersahaja, namun juga terjadi pada masyarakat yang kompleks dan rumit strukturnya. Kekuasaan harusnya dapat terdistribusi dengan benar, karena apabila tidak maka akan terjadi pemusatan kekuasaan atau yang biasa dikenal sentralisasi, dan hal itu akan menimbulkan banyak masalah. Pemusatan kekuasaan ini biasanya terjadi pada masyarakat pedesaan yang terpencil dan agak terisolasi, yang menempatkan semua kekuasaan pemerintahan, ekonomi, dan sosial dipercayakan sepenuhnya kepada kepala masyarakat hukum adatnya. Sebaliknya dalam masyarakat yang jauh lebih kompleks strukturnya, pembagian kekuasaan akan lebih teratur dan disesuaikan.
Dalam masyarakat kompleks, kekuasaan tersebut dapat dibedakan dan dipisahkan menjadi kekuasaan yang terfokus pada birokrasi, politik, ekonomi, militer, agama, dan seterusnya. Kekuasaan ini biasanya terlihat pada masyarakat yang menganut paham demokrasi. Dalam pemerintahan otokratis yang meletakkan kekuasaan hanya pada satu penguasa juga tidak mungkin dapat melaksanakan pemerintahan sendiri. Kekuasaan lainnya sudah pasti dipegang oleh golongan-golongan masyarakat yang notabene dipercaya dan mampu untuk memikul tanggung jawab sebagai penguasa.
Kekuasaan merupakan hal yang menarik untuk dipelajari dan dikaji. Oleh karena itu, perlu memahami terlebih dahulu tentang unsur-unsur pokok yang membentuk kekuasaan, beserta saluran-salurannya agar kekuasaan tesebut dapat berjalan lancar dan membuat perubahan yang lebih baik dalam suatu masyarakat.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah:
1.      Apa definisi dari kekuasaan?
2.      Apa saja unsur-unsur pokok dari kekuasaan?
3.      Saluran-saluran apa sajakah yang digunakan dalam menjalankan kekuasaan?
C.   Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan penulisan dari makalah ini adalah: 
1.      Untuk mengetahui  definisi kekuasaan.
2.      Untuk mengetahui dan memahami unsur-unsur pokok kekuasaan.
3.      Untuk mengetahui saluran-saluran kekuasaan yang digunakan dalam pelaksanaan kekuasaan.
4.      Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Sosiologi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan, wewenang, dan kepemimpinan dalam kehidupan sosial merupakan sesuatu yang saling berhubungan satu sama lain. Ketiga komponen ini saling berhubungan karena bersentuhan langsung dengan pengaturan kehidupan masyarakat dan juga menentukan nasib jutaan orang. Perbedaan dari kekuasaan dan wewenang adalah kelembagaannya. Wewenang adalah kekuasaan yang melembaga dan diakui oleh masyarakat, sedangkan kekuasaan bukanlah lembaga melainkankan sesuatu yang timbul karena adanya rasa takut, rasa cinta, kepercayaan, dan pemujaan. Pada umumnya, kekuasaan memiliki berbagai bentuk yang dibedakan berdasarkan dari mana sumber kekuasaan itu didapat, baik itu dalam kehidupan masyarakat informal maupun dalam kehidupan organisasi formal. Jenis-jenis kekuasaan tersebut misalnya kepemilikan harta benda (kekayaan) yang lebih banyak, kedudukan sosial, status dalam birokrasi, tingkat pendidikan atau intelektualitas, dan wibawa atau kharisma yang dimiliki oleh seseorang. Hal-hal tersebut dapat membuat seseorang memiliki kekuasaan yang dapat dipakai untuk mengendalikan orang lain.
Kekuasaan secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang atau pihak lain supaya tunduk dan melakukan apa yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan. Pengertian lain dari kekuasaan adalah kemampuan untuk dapat menyelesaikan sesuatu dan untuk dapat memperoleh sumber yang tepat, kejelasan mengenai apa yang diharapkan, mengetahui wewenang yang dimiliki, dan seterusnya.[1] Secara singkat, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memerintah, dan mengendalikan orang lain supaya tunduk dan patuh.
Pelaksanaan kekuasaan pada kenyataannya seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan penguasa. Kegagalan pelaksanaan ini terkadang muncul karena perbedaan persepsi antara yang menguasai dan yang dikuasai. Untuk kelancaran, pihak penguasa seharusnya selalu mendapatkan dukungan dari yang dikuasai. Untuk mendapatkan dukungan, dapat dilakukan dengan cara  menarik simpati masyarakat dengan menjalankan kekuasaan sekaligus menanamkan kepercayaan yang kuat terhadap pihak yang dikuasai.
B.     Unsur-Unsur Pokok Kekuasaan
Pengertian yang lebih sederhana kekuasaan adalah sesuatu yang mengandung unsur-unsur, seperti pengaruh, kepatuhan, pemaksaan, dan otoritas.[2] Penggunaan kekuasaan ini terjadi di berbagai lapisan masyarakat, baik itu organisasi formal atau nonformal. Negara yang  merupakan organisasi masyarakat yang besar, juga menggunakan unsur-unsur kekuasaan tersebut untuk menciptakan masyarakat yang diinginkan. Untuk memahami unsur-unsur pokok tersebut, akan dijabarkan sebagai berikut:
1.      Pengaruh merupakan nilai-nilai sosial dan proses komunikasi untuk membujuk pihak lain agar bertindak sesuai dengan keinginan penguasa.
2.      Kepatuhan adalah sikap atau perilaku yang mengesampingkan kepentingannya sendiri, dan cenderung mengikuti para pelaku pemegang kekuasaan.
3.      Pemaksaan merupakan unsur kekuasaan yang dapat berupa penyiksaan secara fisik, penderaan, pembatasan gerak, dan sebagainya untuk memaksakan kehendaknya, dengan hukum (tidak sah) dan secara pribadi, terlepas dari benar atau salah menurut pandangan dari pihak yang dikuasai.
4.      Otoritas merupakan unsur kekuasaan yang berhubungan erat dengan hak yang sah sesuai dengan status yang ada, atau secara ringkas otoritas merupakan sesuatu yang diterapkan berdasarkan peraturan yang sah, sehingga pihak yang dikuasai suka atau tidak, harus patuh terhadap keinginan pihak penguasa.[3]
Namun di dalam masyarakat Indonesia yang merupakan masyarakat yang menganut demokrasi yang menjunjung dan menghormati Hak Asasi Manusia, maka unsur-unsur pokok kekuasaan yang dijumpai dalam interaksi sosial antar manusia maupun antar kelompok adalah:
1.      Rasa takut; perasaan takut kepada penguasa membuat pihak lain memunculkan sikap patuh terhadap segala kemauan dan tindakan sang penguasa.
Namun rasa takut ini dinilai sebagai perasaan negatif karena seseorang tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Seseorang yang memiliki rasa takut akan melakukan segala hal agar dia terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dapat menimpanya dan menghindar dari sanksi seandainya dia tidak patuh.
2.      Rasa cinta; kecintaan akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik. Sebagaimana halnya rasa takut, kecintaan terhadap penguasa akan menimbulkan kepatuhan karena rasa menyenangkan semua pihak.
Berkebalikan dengan rasa takut, rasa cinta biasanya tidak dilakukan dengan terpaksa, sehingga pada umumnya rasa cinta akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik. Rasa cinta biasanya sudah terinternalisasi dalam jiwa seseorang atau suatu kelompok, dan hal tersebut biasanya akan menimbulkan reaksi yang positif dari dua pihak, yaitu penguasa dan yang dikuasai.
3.      Kepercayaan; kepercayaan merupakan hasil dari hubungan simetris yang asosiatif. Dasar kepercayaan didapatkan karena masing-masing pihak telah mengetahui pihak lain. Melalui rasa kepercayaan, segala keinginan suatu pihak akan dilaksanakan pencapaiannya oleh pihak lain, meski dalam tataran tertentu pihak yang melaksanakan keinginan tidak mengetahui secara pasti maksud dari pihak yang memiliki keinginan.
Kepercayaan tidak hanya terjadi pada suatu individu, tidak menutup kemungkinan hubungan sejenis juga akan berkembang dalam organisasi formal maupun nonformal, agar suatu kekuasaan dapat bertahan lama.
4.      Pemujaan; memberi arti bahwa penguasa adalah pihak yang dipuja. Akibatnya, apapun yang dilakukan oleh pihak yang dipuja selalu benar, atau setidaknuya dianggap sebagai kebenaran.[4]
C.    Saluran-Saluran Kekuasaan
Dalam menjalankan kekuasaan, tentunya diperlukan adanya objek penyaluran dan pembagian kekuasaan. Objek-objek penyaluran tersebut adalah alat untuk menjalankan kekuasaan. Adapun saluran-saluran itu adalah:
1.      Saluran militer; tujuan utamanya adalah untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka tunduk pada kemauan penguasa. Apabila saluran ini yang dipergunakan, penguasa akan lebih banyak mempergunakan paksaan (coercion) serta kekuatan militer (military force) di dalam melaksanakan kekuasaannya.[5]
2.      Saluran ekonomi; penguasa cenderung berusaha menguasai sendi-sendi jaringan ekonomi, sehingga penguasa dapat menyalurkan perintah-perintahnya melalui berbagai peraturan dan kebijakan ekonomi, dan hal tersebut membuat rakyat tidak memiliki pilihan lain, sehingga penguasa dapat lebih mudah dalam menjalankan kekuasaannya, dan biasanya perintah-perintah tersebut dikenakan sanksi-sanksi tertentu.
3.      Saluran politik; penguasa sengaja membuat berbagai peraturan melalui badan-badan yang berwenang dan dianggap sah yang harus ditaati masyarakat agar perintahnya berjalan lancar. Hal ini dibuat untuk meyakinkan dan memaksa masyarakat untuk mentaati peraturan yang dikeluarkan.
4.      Saluran tradisional; penguasa berusaha untuk mempelajari, memahami, menyesuaikan, dan memanfaatkan tradisi yang berlaku dalam masyarakat. Kesesuaian ini membuat pelaksanaan kekuasaan berjalan lancar, yang berarti dapat mencegah dan mengatasi reaksi negatif.
5.      Saluran ideologi; doktrin atau biasa disebut ajaran yang merupakan penanaman persepsi yang dilakukan penguasa bertujuan untuk menerangkan sekaligus menjadi pembenaran atas pelaksanaan kekuasaannya. Setiap penguasa akan berusaha untuk menerangkan ideologinya tersebut dengan sebaik-baiknya sehingga institutionalized dan bahkan internalized dalam diri warga masyarakat.[6]
Selain saluran-saluran tersebut, saluran lain yang dinilai mampu mewakili adalah pers semisal media-media komunikasi seperti surat kabar, radio, televise, dan lain-lain. Saluran kebudayaan, keagamaan, tradisi, dan lainnya juga bisa menjadi saluran kekuasaan karena biasanya penguasa tidak hanya menggunakan satu saluran saja dalam menjalankan kekuasaan. Saluran mana yang paling efektif sangat tergantung pada struktur masyarakat yang bersangkutan.[7]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan isi dari makalah ini adalah:
1.      Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mengendalikan orang lain agar patuh dan menuruti kemauan seseorang yang memiliki kuasa.
2.      Unsur-unsur pokok yang terdapat dalam suatu kekuasaan meliputi rasa takut, rasa cinta, kepercayaan, dan pemujaan. Hal-hal pokok tersebut dapat membuat orang lain patuh dan melaksanakan segala perintah, baik itu secara rela ataupun terpaksa.
3.      Saluran-saluran kekuasaan yang biasa ditemukan dalam masyarakat adalah saluran militer, ekonomi, politik, tradisional, ideologi, dan saluran-saluran lainnya yang memenuhi syarat semacam media komunikasi massa. Keberhasilan pelaksanaan kekuasaan pada berbagai jenis saluran tersebut sangat tergantung pada seberapa kompleks struktur masyarakat tersebut.
B.     Saran-Saran
Adapun saran-saran yang penulis sampaikan yaitu:
1.      Bagi mahasiswa penulis berharap makalah yang telah disusun ini dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran dari mata kuliah Sosiologi, khususnya mengenai unsur-unsur pokok kekuasaan dan saluran-saluran kekuasaan.
2.      Bagi pembaca, agar dapat mengembangkan beberapa materi yang belum lengkap dan memyempurnakan bagian-bagian yang dinilai perlu untuk direvisi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.

Drummond, Helga. 1995. Cara Merebut dan Mempertahankan Kekuasaan. Jakarta: Abdi Tandur.

Soekanto, Soerjono dan Brotosusilo, Agus. 1987. Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Dari internet





[1] Helga Drummond, Cara Merebut dan Mempertahankan  Kekuasaan (Abdi Tandur: Jakarta, 1995) hal. xi
[2] Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan (Bumi Aksara: Jakarta, 1994) hal. 137
[3] Ibid, hal. 138
[4] Yuzzsar, Kekuasaan, Weweneng, dan Kepemimpinan (http://www.yuzzsar.wordpress.com/materi-ix/)
[5] Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:Rajawali Pers) hal. 234
[6] Ibid, hal. 235
[7] Mifta Churohman (http://miftachr.blog.uns.ac.id/2009/10/kekuasaan-dan-wewenang--beserta-implikasinya/)



Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar